Suara.com - Letusan Gunung Kelud telah membuat layanan komunikasi terganggu, khususnya pada radius KM 20 dari puncak Gunung. Gangguan ini disebabkan karena terputusnya suplai energi (PLN) dan tertutupnya BTS oleh abu vulkanik yang sangat tebal. Meski demikian, di luar area tersebut komunikasi masih lancar dan terjadi lonjakan traffic yang tinggi baik untuk komunikasi masuk atau keluar di Malang, Kediri dan Bllitar.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan, sejak pagi tadi seluruh penyelenggara telekomunikasi terus melakukan recovery di area yang masih memungkinkan dan tidak termasuk zona berbahaya. Kata dia, recovery dilakukan untuk membantu komunikasi para aparat dan relawan dan juga untuk komunikasi masyarakat pada umumnya.
“Kementerian Kominfo akan terus melakukan monitoring dan koordinasi dengan para penyelenggara telekomunikasi terhadap pemulihan pasca letusan Gunung Kelud, karena dampaknya sangat signifikan mengingat hujan abunya tersebar hingga radius sekitar lebih dari 300 km dari puncak Gunung Kelud,” kata Gatot, seperti dikutip dari laman Kemenkominfo.go,id.
Meskipun terdapat sejumlah BTS yang sementara waktu tidak berfungsi, Gatot meminta masyarakat tidak perlu merasa panic. Karena hampir seluruh penyelenggara telekomunikasi berkomitmen untuk dengan segala upaya melakukan peningkatan kapasitas jaringan, khususnya di area yang dianggap cukup aman.
Kementerian Kominfo juga meminta komunitas ORARI dan RAPI untuk terus membantu aparat dan relawan. Komunitas ORARI dan RAPI tersebut selama ini cukup efektif dalam membantu komunikasi di daerah-daerah bencana.
Gunung Kelud yang terletak di perbatasan Kediri-Blitar, Jawa Timur, telah meletus sekitar pada pukul 22.50 WIB, Kamis (13/02) malam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan hujan abu menyebar di beberapa wilayah, seperti Kediri, Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, hingga Pacitan, Solo, Yogya, Boyolali, Magelang, Purworejo, serta Temanggung.