Pemilu 2014, Pemilih Pemula Jangan Golput

adminDoddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 11 Februari 2014 | 11:46 WIB
Pemilu 2014, Pemilih Pemula Jangan Golput
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Partai Golkar mengimbau kepada kepada semua pihak untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014, terutama para pemuda. Tokoh pemuda dari  Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan, para pemudalah yang harusnya mempunyai kepentingan pada pemilu kali ini.

“Saya menghimbau kepada para pemuda untuk menggunakan aspirasinya pada Pemilu 2014 mendatang. Karena pemilu kali adalah momentum penting perubahan, termasuk peralihan generasi Indonesia,” ujar Ahmad Doli Kurnia Tandjung dalam keterangan persnya, Selasa, (11/2/2014)

Dia menambahkan, tolok ukur kualitas dari pesta demokrasi lima tahunan tersebut ditentukan oleh masyarakat. Secara spesifik, tahun 2014 adalah titik krusial peralihan generasi, maka aspirasi pemuda menjadi penting dan menentukan.

“Pemuda harus punya atensi dan keterlibatan yang aktif, karena Pemilu 2014 ini adalah titik puncaknya pengabdian generasi 45, 66, 70 yang harus disambut oleh generasi 80 dan 90-an,” imbuhnya.

Mengutip dari data KPU, jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014 yang berusia 17 sampai 20 tahun sekitar 14 juta orang. Sedangkan yang berusia 20 sampai 30 tahun sekitar 45,6 juta jiwa. Pada pemilu 2004, jumlah pemilih pemula mencapai sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih.

“Pada Pemilu mendatang ini, jumlah pemuda yang mempunyai hak pilih bisa mencapai 40 persen sampai 42 persen, coba bayangkan kalo angka sebegitu besarnya menjadi golput?,” tegasnya.

Dia menambahkan bahwa para pemuda mempunyai karakteristik yang berbeda dengan segmen pemilih yang lain. Guna meningkatkan partisipasi yang tinggi dari kalangan pemuda maka diperlukan pendekatan yang khusus, terutama bagi kalangan pemilih pemula.

Mereka dalam pemilu 2014 ini menjadi pemilih untuk pertama kalinya, jadi kita harus bisa mengkondisikan mereka untuk bisa menjadi pemilih kritis, tidak individualistis dan punya visi.

Melihat realitas kondisi dunia kepemudaan dewasa ini yang berada di sekitar budaya pop, instan, dan hedonis seakan mendorong  para pemuda untuk cenderung labil, apatis dan “ga ngurus” dengan dunia perpolitikan.

“Kondisi demikian seharusnya menjadi tantangan bagi setiap kalangan untuk membangun kesadaran para pemuda untuk melek politik dan menjadi pemilih cerdas” ujar Doli.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI