Suara.com - Jakarta, Meski aktivitas vulkanik Gunung Sinabung menurun dibandingkan pada November - Desember 2013, jumlah pengungsi tercatat terus bertambah setiap hari.
Pada Selasa (4/2/2014), jumlah pengungsi mencapai 31.739 jiwa (9.915 Kepala Keluarga) yang tersebar di 42 titik. Mereka berasal dari 34 desa sebagian besar pengungsi dari luar radius lebih dari 5 km.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan secara umum pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi dapat tertangani dengan baik.
"Jika pun ada kekurangan kecil itulah dinamika di lapangan," katanya, hari ini.
Sutopo menambahkan banyaknya bantuan yang datang ternyata juga menimbulkan ekses negatif. Berdasarkan laporan pejabat Pemda Karo, katanya, disinyalemen bahwa anak-anak menjadi malas belajar dan tidak mau diajak kembali ke rumah asal.
"Karena adanya bantuan yang banyak dan akhirnya menjadi ketergantungan," kata Sutopo.
Sutopo menjelaskan hal ini sesuai dengan hasil penelitian disertasi UGM bahwa semakin banyak pemerintah memberikan bantuan saat bencana maka willingness to pay masyarakat menjadi rendah. Masyarakat menjadi tergantung pada bantuan.
"Tentu saja ini membahayakan untuk menuju visi bangsa Indonesia yang tangguh menghadapi bencana. Bantuan harus memberdayakan, bukan menyediakan saja," kata dia.
Untuk mengatasi hal ini, maka BNPB bersama dengan USU, dan Unimed akan menyewa rumah untuk memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak.
Untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Karo, maka Kepala BNPB sudah menghubungi Menteri UKM dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar mereka berperan dalam pemberdayaan masyarakat Karo. Dampak negatif dari erupsi adalah perhotelan, pasar, pariwisata, dan ekonomi masyarakat terganggu. Bukan hanya di Kabanjahe saja, tetapi juga di luar yang tidak berdampak langsung.