Mengapa Revisi UU TNI Memperburuk Ekonomi Indonesia dan Bikin Investor Kabur?

"Investor memandang keterlibatan militer aktif akan mendistorsi orang terbaik di birokrasi untuk menduduki posisi puncak. Ini fatal secara ekonomi," ujar Bhima.
Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia turun mencapai ambang batas pembekuan perdagangan. Benarkah investor was-was di tengah proses revisi UU TNI?
BURSA Efek Indonesia (BEI) mengumumkan pembekuan sementara perdagangan atau trading halt pukul 11.19 WIB, Selasa (18/3/2025). Pemicunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun mencapai ambang batas penghentian otomatis yang ditetapkan: 5 persen dalam satu sesi perdagangan. Kala itu IHSG anjlok 5,02 persen ke level 6.146,91.
Penghentian sementara itu berlangsung 30 menit. Perdagangan dilanjutkan kembali pukul 11.49 WIB.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menduga salah satu penyebab IHSG anjlok adalah kebijakan ekonomi dan perang tarif oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini membuat investor hati-hati dalam mengambil langkah.
Baca Juga: Plt Dirut BSI: Emas Solusi Investasi Saat Ini
"Beberapa isu global memang terjadi jadi mereka (investor) wait and see," ujar Iman, Selasa (18/3).
“Kalau lihat penurunannya hari ini sebagian besar asing melihat update oleh Donald Trump, itu menjadi salah satu dampak penurunan Indeks kita hari ini," imbuhnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan sangat kecil dampak kebijakan Donald Trump terhadap perubahan IHSG. Sebab, berdasarkan data hanya Indonesia yang ‘merah’ di Asia, meski Vietnam agak menurun sedikit saat penutupan.
“Indonesia sampai trading halt, dibekukan sementara karena ada penurunan yang tajam,” katanya dalam diskusi virtual Tentara Polisi Menguat, Rupiah Bursa Ekonomi Melemah, Selasa (18/3) malam.
Menurut Bhima, yang terjadi adalah sektor riil di Indonesia sedang sakit, tapi pasar terlambat mengidentifikasinya. Misalnya, impor barang konsumsi anjlok 21 persen. Seharusnya sebulan menjelang Ramadan dan Lebaran, masyarakat biasa akan belanja barang impor.
Baca Juga: Dapat Dana Segar dari Qatar, Bos Danantara Beberkan Sektor Mana Saja yang Dapat Investas
“Ini menunjukkan ada yang salah dari konsumsi rumah tangga,” katanya.