Minggu, 2 Mar 2025
Dualisme Perebutan Kursi Ketua PMI: Preseden Buruk bagi Organisasi Kemanusian
Home > Detail

Dualisme Perebutan Kursi Ketua PMI: Preseden Buruk bagi Organisasi Kemanusian

Bimo Aria Fundrika | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Selasa, 10 Desember 2024 | 16:05 WIB

Suara.com - Palang Merah Indonesia (PMI) kini menghadapi dualisme kepemimpinan. Konflik ini mencoreng sejarah panjang PMI yang sebelumnya jauh dari perebutan kekuasaan. Polemik meruncing. Perebutan kursi ini dikhawatirkan mengganggu pelayanan ke masyarakat.

Dualisme terjadi antara Jusuf Kalla (JK) dan Agung Laksono. Semua bermula saat Musyawarah Nasional (Munas) ke-22 PMI, 8 Desember 2024. Jusuf Kalla kembali terpilih sebagai Ketua Umum periode 2024-2029.

JK merupakan calon tunggal. Dukungan terhadapnya solid: 490 peserta dari 34 PMI provinsi dan forum relawan nasional mendukung penuh. Ketua Sidang Pleno, Adang Rocjana, memastikan prosesnya berjalan sesuai aturan.

Namun, tak semua pihak sepakat. Dari luar forum resmi, kubu Agung Laksono melontarkan penolakan keras. Mereka menuding Munas sarat kejanggalan.

Munas dianggap membatasi suara peserta, dan cenderung berpihak. Kritik juga diarahkan pada pembahasan AD/ART, yang dianggap mengabaikan nilai-nilai demokrasi PMI.

Jusuf Kalla usai terpilih menjadi Ketua Umum PMI periode 2024-2029. [Dok]
Jusuf Kalla usai terpilih menjadi Ketua Umum PMI periode 2024-2029. [Dok]

Kubu Agung Laksono menggelar Munas tandingan. Mereka mengklaim berhasil mengantongi 254 suara dukungan. Angka itu cukup untuk melahirkan kepengurusan baru. Agung Laksono dinobatkan sebagai Ketua Umum versi mereka, didampingi Muhammad Muas sebagai Wakil Ketua Umum dan Ulla Nuchrawaty sebagai Sekretaris Jenderal. 

Hasil Munas ini akan mereka daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, berharap legitimasi resmi.

Sementara itu, Jusuf Kalla mengambil sikap tegas. Ia mengecam Munas tandingan sebagai tindakan ilegal yang merusak PMI. Tidak berhenti di situ, ia melaporkan langkah tersebut ke kepolisian, menudingnya sebagai pengkhianatan terhadap organisasi yang telah ia bangun.

Namun, Agung Laksono melihatnya berbeda. Ia bersikeras bahwa ini bukan konflik pribadi, melainkan perjuangan untuk memperbaiki PMI. 

Bagi Agung, langkah ini adalah tentang masa depan organisasi, memastikan PMI tetap relevan dan berdaya bagi masyarakat.

Sejarah Panjang PMI

Merunut sejarahnya, Palang Merah di Indonesia bermula jauh sebelum negara ini merdeka. Pada 21 Oktober 1873, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan organisasi bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai). Namun, pendudukan Jepang di tahun-tahun berikutnya membuat organisasi itu dibubarkan, meninggalkan kekosongan yang memicu semangat perjuangan bangsa Indonesia.

Pada tahun 1932, dua tokoh visioner, Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan, menggagas ide besar: mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI). Ide ini didukung luas oleh kalangan terpelajar. Namun, ketika rancangan mereka dibawa ke Konferensi Nerkai pada 1940, harapan itu pupus—ditolak mentah-mentah.

Petugas memeriksa kesiapan tenda atau selter untuk isolasi mandiri bagi masyarakat di Jl. Gatot Subroto Kav 97 RW 4, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (27/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas memeriksa kesiapan tenda atau selter untuk isolasi mandiri bagi masyarakat di Jl. Gatot Subroto Kav 97 RW 4, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (27/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]

Saat Jepang menduduki Indonesia, keduanya kembali mencoba. Namun, lagi-lagi upaya mereka terganjal oleh pemerintahan militer Jepang.

Kemerdekaan Indonesia menjadi momentum kebangkitan. Tujuh belas hari setelah proklamasi, pada 3 September 1945, Presiden Soekarno memerintahkan pembentukan sebuah badan Palang Merah Nasional. 

Dr. Buntaran, Menteri Kesehatan kala itu, segera bergerak. Pada 5 September 1945, dibentuklah Panitia Lima yang terdiri dari Dr. R. Mochtar, Dr. Bahder Djohan, Dr. Djuhana, Dr. Marzuki, dan Dr. Sitanala. 

Hasilnya, pada 17 September 1945, PMI resmi berdiri dan langsung bergerak membantu korban perang revolusi serta memfasilitasi pengembalian tawanan perang sekutu dan Jepang.

PMI Bukan Medan Berebut Kekuasaan

Pengamat sosial Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis, menyesalkan seteru ini. PMI, katanya, adalah organisasi kemanusiaan, bukan medan perebutan kekuasaan. Seharusnya, lembaga ini tetap netral, jauh dari pusaran politik yang memecah.

Dia menekan, sebagai organisasi kemanusian tidak seharusnya terjadi perebutan kepemimpinan, mengingat kerja-kerja dan pertanggungjawabannya sangat berat.

"Jika ini memang murni kemanusiaan, elit yang berseteru tidak harus berebut jabatan. Justru harusnya merasa berat mengemban amanat dana kemanusiaan yang harus dipertanggungjawabkan," kata Rissalwan kepada Suara.com, Selasa (10/12/2024).

Ia melihat perebutan kekuasaan di PMI mencerminkan besarnya sumber daya yang dikelola organisasi ini, sehingga menjadi magnet bagi kelompok atau individu berkepentingan. 

Namun, ia khawatir konflik berkepanjangan dapat mengganggu pelayanan PMI kepada masyarakat. Karena itu, penyelesaian konflik harus segera dilakukan.

"Tanpa melalui jalur hukum, tapi melalui dialog yang mengedepankan pentingnya nilai kemanusiaan," tegasnya.

Sementara pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai kisruh di PMI menjadi preseden buruk bagi organisasi kemanusiaan di Indonesia. Dia menemukan unsur politis sangat kental terasa.

"Dan itu memang sangat tidak elok sebagai lembaga sosial dan kemanusiaan diperlakukan secara politis. Ini preseden sangat buruk di Indonesia kalau ini benar terjadi," tegas Jamil sapaan akrab Jamiluddin kepada Suara.com.

Secara politik, Jamil melihat dinamika ini lebih dari sekadar konflik organisasi. Ketidaksukaan Agung Laksono terhadap Jusuf Kalla (JK) sebagai Ketua PMI tampak jelas, menurutnya. Ada indikasi kuat bahwa langkah-langkah ini dirancang untuk menyingkirkan mantan Wakil Presiden itu. 

Klaim Agung yang menyebut pengurus PMI di bawah JK merasa terkekang, ditambah pernyataannya tentang hubungan PMI dengan pemerintah yang dianggap kurang baik, mengisyaratkan bahwa Agung memandang JK berseberangan dengan pemerintahan saat ini.

Namun, Jamil menegaskan, JK tidak pernah memposisikan diri sebagai oposisi. Kritik yang ia sampaikan, menurut Jamil, selalu terukur dan bertujuan membangun, bukan untuk mencari kekuasaan.

"Bukan kritik-kritik untuk mendapatkan kekuasaan," ujarnya.

Mengapa PMI menjadi medan perebutan? Bagi Jamil, jawabannya sederhana: kekuatan jaringan. PMI adalah organisasi yang menaungi jutaan anggota dan pengurus, ditambah dengan organisasi turunannya yang tersebar luas. Memimpin PMI berarti memiliki daya tawar politik yang signifikan.

Dugaan politik uang, yang merujuk pada surat undangan KDDI, hanya menambah kuat argumen bahwa unsur politik ada di balik upaya ini. Jamil menyebut cara-cara semacam ini sering terjadi di partai politik—ketika seorang pemimpin dianggap tidak sesuai, pengurus dikondisikan untuk menyingkirkannya.

 "Sayangnya, pola itu kini mulai terlihat di PMI," pungkasnya.

 "Dan mereka dijanjikan, akomodasi termasuk segala macam. Itu memang  pola-pola politik yang dilakukan," ujar Jamil. 


Terkait

Jusuf Kalla Jamin Ketersediaan Darah di Bulan Ramadan
Kamis, 27 Februari 2025 | 14:16 WIB

Jusuf Kalla Jamin Ketersediaan Darah di Bulan Ramadan

Meski kekurangan pendonor, PMI telah memiliki solusi untuk memenuhi kebutuan di bulan ramadan

Jusuf Kalla Sebut Tagline #kaburajadulu Positif
Selasa, 25 Februari 2025 | 07:09 WIB

Jusuf Kalla Sebut Tagline #kaburajadulu Positif

Tagline tersebut viral dalam sepekan terakhir dan menuai kontroversi

Jusuf Kalla Kenang Syafruddin Kambo: Sosok Berwibawa dan Baik Hati
Jum'at, 21 Februari 2025 | 14:00 WIB

Jusuf Kalla Kenang Syafruddin Kambo: Sosok Berwibawa dan Baik Hati

JK mengungkapkan kenangan yang cukup banyak dengan almarhum Syafruddin Kambo.

Investigasi Internal Digelar Terkait Pekerja Migran indonesia Ditembak APMM Malaysia
Minggu, 16 Februari 2025 | 13:47 WIB

Investigasi Internal Digelar Terkait Pekerja Migran indonesia Ditembak APMM Malaysia

APMM dan PDRM selidiki insiden penembakan PMI di perairan Selangor. Penyelidikan fokus pada kepatuhan prosedur penggunaan senjata dan dugaan TPPO.

Terbaru
Resiliensi Budaya: Mengapa Meugang di Aceh Tak Lekang oleh Waktu?
nonfiksi

Resiliensi Budaya: Mengapa Meugang di Aceh Tak Lekang oleh Waktu?

Sabtu, 01 Maret 2025 | 14:14 WIB

Tradisi meugang sudah berlangsung sejak 400 tahun lalu. Tradisi ini berawal dari Kesultanan Aceh Darussalam.

Mengupas Tuntas Lagu Garam & Madu yang Candu, Lebih dari Sekadar Viral nonfiksi

Mengupas Tuntas Lagu Garam & Madu yang Candu, Lebih dari Sekadar Viral

Sabtu, 01 Maret 2025 | 08:00 WIB

Lagu Garam & Madu tengah viral di kalangan masyarakat.

Penantian dan Campur Tangan Tuhan, PSIM Yogyakarta Menuju Liga 1 Musim Depan polemik

Penantian dan Campur Tangan Tuhan, PSIM Yogyakarta Menuju Liga 1 Musim Depan

Sabtu, 01 Maret 2025 | 06:58 WIB

Definisi buah kesabaran hingga Tuhan ulurkan tangan untuk PSIM Yogyakarta.

Cerita Meugang di Aceh: Perayaan Makan Daging Sambut Ramadan polemik

Cerita Meugang di Aceh: Perayaan Makan Daging Sambut Ramadan

Jum'at, 28 Februari 2025 | 19:05 WIB

Sejak ratusan tahun lalu, warga Serambi Makkah menggelar perayaan makan daging menyambut bulan suci.

Ironi Pemungutan Suara Ulang: Efisiensi yang Diklaim, Pemborosan yang Nyata polemik

Ironi Pemungutan Suara Ulang: Efisiensi yang Diklaim, Pemborosan yang Nyata

Jum'at, 28 Februari 2025 | 16:00 WIB

Wamendagri Ribka Haluk mengatakan pemerintah akan menggunakan APBN untuk pelaksanaan PSU di beberapa daerah dengan APBD terbatas.

Ironi di Serambi Mekah: Pasangan Gay Dicambuk di Depan Publik! polemik

Ironi di Serambi Mekah: Pasangan Gay Dicambuk di Depan Publik!

Jum'at, 28 Februari 2025 | 12:19 WIB

Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh memvonisnya 80 kali hukuman cambuk ke pasangan Gay karena melanggar Pasal 63 Qanun Nomor 6/2014 tentang Hukum Jinayat.

Gerakan Rakyat; Benteng Politik Anies Keluar dari Trauma Ditinggal Parpol? polemik

Gerakan Rakyat; Benteng Politik Anies Keluar dari Trauma Ditinggal Parpol?

Jum'at, 28 Februari 2025 | 08:12 WIB

Ormas Gerakan Rakyat Diprediksi jadi Parpol: Antisipasi Anies Tak Rasakan Pahitnya Ditinggalkan Partai Pendukung!