Persahabatan Galuh dan Gap, 'Asal Ko Tahu Trada HAM di Papua'

''Jangankan bicara soal HAM, sa ini hobi berburu, masuk hutan, kitong digeledah tentara,'' lanjut Albertus.
Suara.com - Rasisme sengaja ditebar elite busuk untuk menutup gerbang toleransi, selalu begitu. Sebab, tasamuh adalah pintu masuk untuk menjumpai penderitaan orang lain, termasuk bangsa Papua. Persahabatan Galuh dan Gap bisa jadi buktinya.
SENDU BERGELAYUT, air mata Walterus Gap tak lagi bisa terbendung saat berpamitan dengan Heri Waluya dan Tri Lestari sekeluarga.
“Terima kasih bapak… terima kasih,” kata Gap tersedu sedan.
“Iya, Gap, semoga kamu berguna di sana. Selamat jalan,” balas Heri.
Baca Juga: Ricuh! Gas Air Mata dan Batu Terbang di Demo Papua Merdeka, Makassar
Gap memeluk erat Heri, induk semang selama dirinya merantau di Yogyakarta. Gap sudah menganggap Heri sebagai bapaknya sendiri.
Heri berusaha menenangkan diri. Bukan kali ini dia menghadapi momen semacam itu, tapi tetap pikirannya membuncah. Sekali lagi, dia hari melepas ‘anak’nya pergi.
Gap melepas Heri dari pelukannya. Ia berpamitan kepada satu per satu anggota keluarga Heri, termasuk Galuh Abrianto, sahabat karib yang sudah dianggapnya saudara sedarah.
“Selamat jalan, Gap. Semoga ko berguna di sana,” Galuh menenangkan Gap yang kelu.
Keduanya tak banyak berkata-kata. Gap lantas menyodorkan jari telunjuknya kepada Galuh, yang langsung mengapitnya memakai telunjuk dan jari tengah.
Baca Juga: Mahasiswa-Masyarakat Papua Gelar Aksi Tolak Transmigrasi dan PSN
Setelahnya, gantian Galuh menyodorkan telunjuknya yang setengah tertekuk dan disambut jepitan telunjuk serta jari tengah Gap.