Dalam aksi penanaman kemarin, sekitar 30 warga ikut, termasuk anak-anak sekolah minggu. Sayangnya, dari 6.000 bibit yang direncanakan, baru sekitar 400 tersedia.
"Kami bersyukur sudah dapat 400. Tapi bibit masih terbatas," ujar Mama Jubina.
Meski begitu, semangat warga tetap menyala. Mereka membuat pagar manual dari kayu untuk melindungi bibit dari gelombang dan ternak liar.
"Kami bikin pagar 500 meter. Kepala desa juga ikut. Bahkan, penerima BLT kami minta bawa lima batang kayu sebagai syarat," kata Mama Jubina.
Semangat kolaborasi antara GEF SGP Indonesia, DLH Sabu Raijua, dan masyarakat Pantai Wuihebo dalam aksi penanaman mangrove ini adalah secercah harapan bagi masa depan pesisir yang lebih aman dan lestari.
Meskipun tantangan abrasi dan keterbatasan sumber daya ada, kesadaran dan partisipasi aktif dari tingkat komunitas menjadi modal penting untuk mewujudkan aksi lokal berdampak global dan menjaga bumi untuk generasi yang akan datang.