Temuan Peneliti Swedia: Mengendus Bau Badan Bisa Bermanfaat dalam Terapi Kecemasan

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Rabu, 16 April 2025 | 15:42 WIB
Temuan Peneliti Swedia: Mengendus Bau Badan Bisa Bermanfaat dalam Terapi Kecemasan
Ilustrasi bau badan karena berkeringat. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebiasaan mengendus bau badan orang lain mungkin terdengar aneh, tapi rupanya secara biologis ada alasan alami kenapa manusia peka terhadap bau badan. Bahkan uniknya, kebiasaan itu bisa bermanfaat.

Hal itu terungkap dari studi awal para peneliti Swedia pada 2023 lalu. Menurut hasil temuan mereka, mengendus bau badan orang lain kemungkinan bermanfaat dalam terapi social anxiety atau kecemasan sosial.

Melansir dari BBC, para peneliti mengungkapkan hal mengejutkan itu dari hasil penelitian terhadap puluhan sukarelawan. Dugaan mereka adalah bau mengaktifkan jalur otak yang terkait dengan emosi, memberikan efek menenangkan - tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah mereka benar.

Mereka mempresentasikan beberapa temuan awal mereka pada konferensi medis di Paris pada Maret 2023 lalu.

Cara Kerja Indra Penciuman

Bayi dilahirkan dengan indra penciuman yang kuat, dengan preferensi untuk ibu dan air susu ibu (ASI). Penciuman membantu kita manusia merasakan bahaya - dari makanan atau api yang berasap, misalnya - dan berinteraksi dengan lingkungan kita, serta satu sama lain.

Itu juga membuat makanan lebih lezat dan dapat membangkitkan kenangan yang kuat. Aroma dideteksi oleh reseptor di bagian atas hidung. Sinyal dari reseptor ini kemudian diteruskan langsung ke sistem limbik, wilayah otak yang terkait dengan memori dan emosi.

Ilustrasi wanita berkeringat karena panas [Pexels/Andreas Ayrton]
Ilustrasi wanita berkeringat. [Pexels/Andreas Ayrton]

Bagaimana Penelitian Dilakukan

Dalam penelitian tersebut, para peneliti Swedia berpendapat bahwa bau badan manusia mungkin mengomunikasikan keadaan emosi kita - senang atau cemas, misalnya - dan bahkan menimbulkan respons serupa pada orang lain yang menciumnya.

Mereka meminta para relawan untuk menyumbangkan keringat ketiak mereka saat menonton film menakutkan atau film bahagia.

Berikutnya, 48 wanita dengan kecemasan sosial setuju untuk mengendus beberapa sampel ini, sembari menerima terapi yang lebih konvensional yang disebut mindfulness, di mana orang didorong untuk fokus pada saat ini daripada memutar ulang pikiran negatif.

Baca Juga: Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh

Para wanita itu kemudian dipecah menjadi dua kelompok. Beberapa wanita diberi bau badan asli untuk diendus, sementara yang lain, yakni kelompok kontrol diberi udara bersih sebagai gantinya.

Mereka yang terkena keringat tampak lebih baik dalam menjalani terapi tersebut.

Peneliti utama, Elisa Vigna, dari Institut Karolinska di Stockholm, mengatakan keringat yang dihasilkan saat seseorang merasa senang memiliki efek yang sama seperti seseorang yang ketakutan karena menonton cuplikan film.

"Jadi, mungkin ada sesuatu tentang sinyal kemoterapi manusia dalam keringat secara umum yang memengaruhi respons terhadap pengobatan," ujarnya.

"Mungkin hanya dengan terpapar kehadiran orang lain saja sudah memberikan efek ini, tetapi kami perlu memastikannya. Faktanya, itulah yang sedang kami uji sekarang dalam studi lanjutan dengan desain serupa, tetapi kami juga menyertakan keringat dari orang-orang yang menonton dokumenter yang tidak emosional," terangnya, seperti dikutip dari BBC.

Ilustrasi Berkeringat (Pexels/Karolina Grabowska)
Ilustrasi Berkeringat (Pexels/Karolina Grabowska)

Hubungan Indra Penciuman dan Kesehatan Mental

Duncan Boak dari lembaga amal Fifth Sense, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan penciuman dan pengecapan, mengatakan manusia pada dasarnya tahu ada hubungan kuat antara indra penciuman dan kesejahteraan emosional.

"Kehilangan kemampuan untuk mencium orang lain, seperti pasangan dan anak-anak Anda dapat menyebabkan depresi dan perasaan terisolasi," ungkapnya.

Meskipun ini merupakan studi awal dan tentu saja diperlukan penelitian lebih lanjut, ia sangat gembira melihat penelitian memperlihatkan mengenai pentingnya indra penciuman bagi kesehatan mental.

Sebagai informasi, sebagian besar keringat di kulit tidak berbau. Namun, kelenjar keringat di ketiak dan selangkangan menghasilkan senyawa tertentu yang menyebabkan bau badan.

Bakteri pada permukaan kulit dan folikel rambut di dekatnya memecah senyawa ini, menghasilkan senyawa lain yang bertanggung jawab atas bau.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI