Menyelami Kisah Sengsara Yesus di Jumat Agung

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 15 April 2025 | 14:12 WIB
Menyelami Kisah Sengsara Yesus di Jumat Agung
Kisah Sengsara Yesus di Jumat Agung (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap tahun, umat Kristiani di seluruh dunia memperingati Jumat Agung dengan penuh kekhusyukan. Hari ini bukan sekadar ritus tahunan, melainkan momen sakral untuk menyelami kembali kisah sengsara Yesus—sebuah narasi tentang cinta yang tak berujung, pengorbanan yang tak terbayangkan, dan harapan yang lahir dari derita.

Jumat Agung jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah dan menjadi bagian dari Pekan Suci. Kata "Agung" merujuk pada makna besar dan suci dari pengorbanan Yesus. Bukan sekadar peringatan sejarah, Jumat Agung adalah refleksi mendalam akan kasih yang luar biasa dan tak terbatas dari Tuhan kepada umat-Nya.

Pada hari ini, umat Kristiani biasanya mengikuti ibadah khusus yang penuh kesunyian, perenungan, dan doa. Banyak gereja menggelar drama atau pembacaan kisah sengsara Yesus untuk mengajak jemaat lebih memahami penderitaan yang Yesus alami.

Kisah Sengsara Yesus Jumat Agung

Kisah sengsara Yesus dimulai dari saat Ia bersama murid-murid-Nya merayakan Perjamuan Terakhir. Di malam itu, Yesus sudah mengetahui bahwa salah satu murid-Nya, Yudas Iskariot, akan mengkhianati-Nya. Seusai makan, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sanalah penderitaan-Nya secara manusiawi mulai terasa. Ia berdoa dengan penuh ketakutan, bahkan dikatakan peluh-Nya seperti darah, sebagai bentuk ketegangan batin yang luar biasa.

Tak lama setelah itu, datanglah Yudas bersama para serdadu dan pemuka agama Yahudi. Yesus ditangkap tanpa perlawanan. Para murid-Nya lari ketakutan. Sejak saat itu, dimulailah deretan siksaan yang tak terbayangkan terhadap Yesus.

Pengadilan dan Siksaan yang Berat

Yesus dibawa ke hadapan Imam Besar Kayafas, lalu ke Pontius Pilatus, gubernur Romawi saat itu. Meskipun Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, desakan dari rakyat yang diprovokasi para pemuka agama membuat Pilatus akhirnya menyerah. Ia "mencuci tangan" sebagai tanda bahwa keputusan penyaliban Yesus bukan atas kehendaknya.

Yesus kemudian dicambuk dengan keras, dihina, dan dipakaikan mahkota duri. Ia juga dipaksa memikul salib-Nya sendiri menuju bukit Golgota. Dalam kondisi fisik yang sangat lemah, Yesus tetap melangkah, memperlihatkan keteguhan dan ketaatan yang luar biasa kepada kehendak Bapa di surga.

Baca Juga: Sabtu Suci Pakai Baju Apa? Ini Anjuran Warna Sesuai Liturgi Pekan Paskah

Penyaliban di Golgota

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI