Gucci dan Prada 'Ketahuan' Made in China, Strategi Unik Balas Tarif Trump Lewat TikTok?

Farah Nabilla
Gucci dan Prada 'Ketahuan' Made in China, Strategi Unik Balas Tarif Trump Lewat TikTok?
Case AirPods Max Gucci. [9to5Mac]

TikTok China viral video pabrik lokal produksi merek mewah global (LV, Nike, dll) di tengah perang dagang AS-China.

Suara.com - Belakangan ini, TikTok di China tengah dibanjiri konten yang cukup mengejutkan. Sejumlah video viral memperlihatkan bagaimana produk-produk dari merek mewah global, seperti Louis Vuitton, Nike, hingga Lululemon, ternyata diproduksi di pabrik-pabrik lokal China.

Morocco World News bahkan menyebut luxury brand tersebut juga meliputi Chanel, Gucci, Prada, Balenciaga, Dior hingga Louis Vuitton.

Padahal, harga jual produk-produk ini di pasar Barat bisa mencapai ratusan hingga ribuan dolar.

Gucci dan Prada telah mengakui bahwa sebagian produk mereka dibuat di China atau negara lain. Mereka melakukannya dengan mengutamakan fleksibilitas. Kendati begitu, dua brand ini memastikan bahwa proses finishing dilakukan di Italia sehingga tetap bisa memasang label "Made in Italy".

Baca Juga: Balas Perang Tarif, China Tegas akan Kurangi Impor Film Hollywood

Sementara itu, beberapa brand lain belum buka suara soal tudingan ini. Hermes, Chanel, dan LV masih memegang teguh quality control dan prestige-nya dengan mengklaim bahwa produk mereka adalah handmade di Paris, atau fashion core di Italia, atau pula core bags di Eropa dan Amerika.

Dalam video-video tersebut, para produsen dan influencer lokal memamerkan proses manufaktur, bahkan membandingkan harga produksi yang sangat murah dengan harga jual global yang melambung tinggi. Banyak di antara mereka juga menyindir konsumen Barat karena dinilai "tertipu" oleh nilai branding semata.

Cermin Ketegangan Ekonomi Global

Fenomena ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Pemerintah AS baru-baru ini meningkatkan tarif impor untuk produk China hingga 145%, yang langsung dibalas oleh Beijing dengan tarif 125% untuk barang dari AS.

Menurut laporan dari Financial Express dan Australian Financial Review, banyak pelaku industri di China memanfaatkan TikTok sebagai senjata diplomasi ekonomi.

Baca Juga: Ada Falling Before Fireworks, Ini 4 Drama Hanna Lu yang Tayang di iQIYI

Lewat video-video viral ini, mereka ingin menunjukkan bahwa China masih memegang peranan penting sebagai "pabrik dunia", bahkan untuk produk-produk yang kerap diasosiasikan dengan kemewahan dan eksklusivitas Barat.

Komentar