Dalam versi lain, Maria Magdalena mempersembahkan telur kepada Kaisar Tiberius sambil berkata, "Kristus telah bangkit". Secara ajaib, telur yang dibawanya pun berubah menjadi merah menyala.
Kisah ini menjadi asal-usul tradisi menghias telur dengan warna merah dalam kalangan umat Kristen Ortodoks dan Katolik, sebagai lambang pengorbanan Kristus.
Sejarah Tradisi Menghias Telur Paskah
Temuan arkeologis menunjukkan bahwa telur burung unta yang telah dihias ditemukan di makam-makam kuno di kawasan Mesir dan Mediterania, dengan usia mencapai lebih dari 5.000 tahun. Ini membuktikan bahwa simbolisme telur sebagai lambang kehidupan telah ada sejak lama.
Tradisi menghias telur saat Paskah diperkirakan mulai menyebar luas pada abad ke-13. Saat itu, gereja melarang konsumsi telur selama masa Prapaskah.
Namun karena ayam tetap bertelur selama periode ini, telur-telur tersebut biasanya direbus agar tahan lama dan dikonsumsi kembali pada hari Paskah sebagai bagian dari perayaan.
Praktik ini juga dikaitkan dengan kebiasaan menghias telur sebagai penanda berakhirnya masa puasa. Warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau, biru, oranye, dan pink pun digunakan untuk menghias telur, masing-masing mencerminkan makna spiritual.
Merah melambangkan darah Kristus, sementara warna-warna lainnya menyimbolkan sukacita, harapan, dan kehidupan baru.
Tradisi menghias telur ini pada akhirnya menyebar dan berkembang menjadi kegiatan menyenangkan untuk anak-anak. Tak hanya mewarnai dan menghias telur, keseruan juga didapat dari aktivitas berburu telur hingga balapan menggulirkan telur di tanah, yang populer di Amerika Serikat.
Baca Juga: Kamis Putih Pakai Baju Warna Apa? Begini Aturan dan Makna Mendalam di Baliknya
Pengaruh Festival Pagan dan Dewi Eastre