Mengenal Fenomena FOBO, Saudara Kembar FOMO yang Berbahaya

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Jum'at, 11 April 2025 | 14:28 WIB
Mengenal Fenomena FOBO, Saudara Kembar FOMO yang Berbahaya
Ilustrasi bingung dan menunda-nunda membuat keputusan alias FOBO. (freepik/oatawa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernahkah kamu mengalami kebingungan lalu menunda-nunda saat harus mengambil keputusan, baik yang kecil maupun besar yang menentukan arah hidup seperti karier dan hubungan? Perlu diketahui, ada julukan tersendiri bagi perilaku tersebut, yakni FOBO atau Fear of Better Option.

Fenomena psikologis ini cukup umum terjadi di era modern yang penuh pilihan seperti sekarang, tapi belum banyak disadari orang-orang.

Istilah FOBO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis dan investor asal Amerika Serikat, yang juga menciptakan istilah Fear of Missing Out (FOMO).

Pengertian FOBO

McGinnis mengatakan bahwa FOBO adalah saudara kembar FOMO yang berbahaya. Sebab perilaku ni membuat seseorang tidak berkomitmen pada pilihan apa pun jika ada peluang lain yang lebih optimal.

Dalam pengertiannya, FOBO adalah ketakutan untuk membuat keputusan karena selalu merasa bahwa ada pilihan lain yang lebih baik di luar sana. Orang yang mengalami FOBO cenderung menunda-nunda keputusan atau bahkan tidak membuat keputusan sama sekali karena terus mencari opsi terbaik yang belum tentu ada. Mereka terus menimbang-nimbang dan sulit merasa puas dengan satu pilihan.

ilustrasi bingung (Pixabay/magnetme)
ilustrasi FOBO. (Pixabay/magnetme)

Contohnya, seseorang ingin membeli smartphone baru. Ia sudah membandingkan berbagai merek dan model, namun setiap kali hampir membuat keputusan, ia membatalkannya karena berpikir, "Bagaimana kalau besok ada model yang lebih bagus dan lebih murah?" Akibatnya, ia tidak pernah membeli apa pun.

Singkatnya, seseorang yang FOBO akan menunda pengambilan keputusan selama mungkin untuk berjaga-jaga jika sesuatu benar-benar terjadi.

Penyebab FOBO

McGinnis mengemukakan bahwa FOBO bukanlah perilaku manusia yang baru. Perasaan tersebut secara biologis merupakan bagian dari diri kita. "Saya menyebutnya biologi keinginan untuk menjadi yang terbaik. Nenek moyang kita sejuta tahun yang lalu diprogram untuk menunggu yang terbaik karena itu berarti mereka lebih mungkin untuk berhasil," ungkap McGinnis, dikutip dari laman Darius Foroux, Jumat (11/4/2025).

Namun, adopsi teknologi canggih dan internet yang meluas telah mempercepat FOMO dan FOBO. Kita sekarang dapat dengan mudah membandingkan diri kita dengan orang lain (yang memunculkan perasaan FOMO) dan membanjiri diri kita dengan pilihan-pilihan (yang mengarah pada FOBO)

Baca Juga: Quiet Quitting Karyawan sebagai Bentuk Protes Kepada Perusahaan

Gejala FOBO

Gejala FOBO yang perlu diwaspadai antara lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI