Nama tidak hanya berfungsi sebagai tanda pengenal saja, tetapi juga mengandung makna, harapan, sejarah, atau budaya tertentu yang melekat pada pemiliknya.
Sehingga, pemilihan nama pada seseorang sangat penting dan tidak boleh sembarangan karena ada doa yang melekat di dalamnya.
Dalam Islam, nama menjadi hal penting yang kedudukannya akan dibawa hingga ke akhirat kelak karena nantinya orang-orang akan dipanggil sesuai dengan namanya.
Mengutip dari laman NU Online, seorang mualaf lumrahnya mengganti nama dengan nama khas Islam dengan kata yang mengandung makna dan doa.
Nama yang diganti juga bervariasi, ada yang diganti total, ada pula yang hanya ditambah nama depan atau belakangnya saja. Namun, tidak ada kewajiban untuk mengganti nama bagi mualaf, sehingga tidak ada paksaan, tapi hanya sekadar anjuran saja.
Sebagai contoh, KH Ali Mustafa Yaqub saat membimbing masuk Islam seorang warga negara Prancis bernama Sebastian France Gendrong tidak mengubah atau menambahkan nama tersebut dengan nama yang khas Islami.
Dalam hal ini, KH Ali Mustafa Yaqub membiarkan nama baptisnya sebagai identitas karena yang terpenting adalah identitasnya sudah berganti menjadi Islam.
Hal yang sama juga pernah terjadi pada Lim Jooi Soon (Pakar Alkitab), seorang mualaf Tionghoa Malaysia yang tidak mau namanya diganti menjadi khas Islam setelah masuk Islam.
Bukan tanpa alasan, tapi jika dipaksakan mengganti nama, maka akan membuat orang takut jika harus memeluk Islam karena ada irisan tradisi di suku tertentu.
Baca Juga: Sarwendah Sekarang Kerja Apa? Ramai Dicari Tahu gara-gara Rumah Mewahnya Viral
Pernah terjadi pula pada zaman Rasul, ketika Salman Al-Farisi dan Bilal bin Rabah masuk Islam tidak diubah namanya oleh Nabi Muhammad SAW.