Mengenal Kopino, Anak-anak dari Ibu Filipina Korban Pria Korea Selatan

Kamis, 10 April 2025 | 14:12 WIB
Mengenal Kopino, Anak-anak dari Ibu Filipina Korban Pria Korea Selatan
Ilustrasi Anak Terlantar (pexels/Juan Pablo S)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Istilah Kopino banyak didengar di Korea Selatan atau Filipina. Kopino sendiri adalah anak-anak keturunan Korea Selatan dan Filipina.

Sayangnya, Kopino mengarah pada anak-anak yang ditelantarkan ayah Korea mereka. Istilah ini biasanya mengarah pada perempuan Filipina yang memiliki anak dengan pria Korea Selatan. Sayangnya, sang pria tak mau bertanggung jawab.

Di Manila sendiri bahkan ada yayasan untuk menampung anak-anak Kopino yang berasal dari ibu kurang mampu.

Diketahui, belakangan media sosial  ramai video pengakuan para Kopino yang ditelantarkan ayahnya. Mereka juga mengaku sering mengalami diskriminasi di masyarakat dan memiliki label buruk. 

Mengenal Kopino

Menurut penelitian oleh kelompok warga Korea di Filipina, jumlah Kopino meningkat menjadi 10.000 pada 2008, 5 tahun sebelumnya hanya ada 1.000 di Kota Quezon di Manila. Kota Quezon menjadi tempat tinggal banyak warga Korea hingga ada ribuan Kopino di sana.

Lalu, bagaimana bisa ada begitu banyak warga Korea generasi kedua yang memiliki ayah Korea dan ibu Filipina?

Melansir dari SMTimes, alasan pertama adalah jumlah warga Korea yang mengunjungi Filipina meningkat. Mereka pergi ke Filipina untuk belajar bahasa Inggris atau bertamasya.

Menurut Otoritas Pariwisata Filipina, jumlah warga Korea yang datang ke Filipina tumbuh pesat. Pada tahun 1997, 170.000 orang mengunjungi Filipina tetapi pada tahun 2007 pengunjung Korea telah meningkat menjadi 650.000, peningkatan hampir empat kali lipat. Pemerintah Filipina mendorong wisata golf dan program studi bahasa Inggris.

Baca Juga: Bantah Omongan AS, Adik Kim Jong-un Tegas Menolak Denuklirisasi Korut

Alasan kedua, Filipina memiliki sejarah panjang penjajahan oleh Spanyol, Amerika, dan Jepang. Mereka memiliki tradisi yang tidak keberatan untuk menikah dengan orang asing, sebaliknya mereka menganggap pernikahan dengan orang asing untuk mengatasi kemiskinan dan peningkatan status sosial. Terakhir, karena 83% orang Filipina beragama Katolik, mereka tidak mengizinkan aborsi.

Oleh karena itu, jika seorang Filipina mengandung bayi yang ayahnya orang Korea yang berkunjung hanya sebentar, kemungkinan besar dia akan tetap mempertahankan anaknya. Meski pada akhirnya ditinggalkan oleh pasangan yang berasal Korea Selatan.

Diskriminasi Kopino

Ilustrasi anak tidak bahagia (freepik)
Ilustrasi anak tidak bahagia (freepik)

Pria Korea menikmati kehidupan di Filipina bersama perempuan lokal. Tetapi jika perempuan itu hamil, mereka akan pergi ke Korea dan mengabaikan tanggung jawab mereka.

Akibatnya, perempuan Filipina itu menjadi ibu yang tidak menikah dan anak itu menjadi 'anak tanpa ayah'. Sebagian besar perempuan ini berada pada situasi ekonomi tak baik. Oleh karena itu, kebanyakan Kopino juga ditinggal ibunya untuk bekerja.

Kewarganegaraan Kopino adalah Filipina tetapi lingkungan sekitar tidak mengakui mereka sebagai orang Filipina. Mereka bahkan mengalami diskriminasi dalam dunia kerja tau pendidikan. Sejak muda, mereka menjadi bahan tertawaan teman-teman bermain mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivis Kopino Koo Bon Chang
Aktivis Kopino Koo Bon Chang

Kopino juga ditelantarkan oleh pemerintah Korea Selatan. Dalam hal ini aktivis Kopino, Koo Bon Chang menyebut pemerintah Koera tak bertanggung hawab atas kesalahan yang dilakukan warga negaranya di bangsa lain.

Ia berpendapat pemerintah harusnya mengulurkan tangan kepada anak-anak ini karena mereka tidak memiliki siapa pun untuk membantu mereka. Ia menganggap pemerintah Jepang bisa menjadi contoh.

Diketahui selain marak Kopino, Jopino atau anak campuran Jepang Filipina juga cukup banyak.

Soal Kopino, Pemerintah Filipina juga bungkam saat diminta seorang aksa agar bekerja sama dengan pemerintah Korea dalam menangani masalah Kopino.

Pemerintah dianggap abai, anak-anak Kopino yang terlantar kebanyakan berada di bawah yayasan yang dinaungi NGO. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI