Salah seorang pelanggan mengungkapkan bahwa hidangan ini sangat cocok dikonsumsi saat dia sedang menjalani diet, bahkan dia menambahkan mustard untuk memberikan rasa ekstra pada tusuk sate bambu pedas tersebut.
Namun, meskipun banyak yang memberikan respon positif, tak sedikit juga komentar negatif yang muncul di dunia maya.
Beberapa netizen menyatakan kekhawatiran mereka mengenai kebersihan tusuk sate bambu yang digunakan kembali, meskipun Ma dengan tegas menjamin bahwa tusuk sate bambu tersebut hanya digunakan sekali pakai.
Ia juga menyebutkan bahwa restoran tempatnya beroperasi berencana untuk mengembangkan lebih banyak hidangan inovatif lainnya untuk terus menarik lebih banyak pengunjung.
Meski begitu, tidak semua orang menyukai konsep ini. Beberapa komentator di media sosial menganggap konsep tersebut terlalu sederhana, bahkan publik menyebutnya "gila" dan "membosankan."
Beberapa orang menyarankan agar pembeli mencoba alternatif camilan dengan lebih murah, seperti hanya menjilati bumbu mi instan di rumah sebagai penghemat biaya.
Beredar pula komentar yang menyarankan pemilik restoran untuk lebih fokus pada peningkatan kualitas dan rasa hidangan yang disajikan, alih-alih mengandalkan "gimmick" seperti tusuk sate bambu pedas yang terkesan aneh.
Selain itu, meskipun tusuk sate bambu pedas ini sedang populer, hidangan serupa ternyata juga sudah banyak bermunculan di seluruh China.
Sebagai contoh, pada Juni 2023, sebuah vendor lain di provinsi Hunan memperkenalkan hidangan yang disebut "kerikil pedas", yang menggunakan batu sungai kecil yang ditumis bersama cabai, bawang putih, perilla, dan rosemary.
Baca Juga: Pedasnya Bikin Nagih, Ini 5 Kuliner Lombok yang Wajib Kamu Coba saat Liburan
Hidangan tersebut dijual dengan harga 16 yuan atau sekitar Rp 37.000 per porsi, lebih mahal dari tusuk sate bambu pedas, dan merupakan hidangan dengan sejarah panjang yang dikenal dengan nama "suo diu," yang berasal dari kebiasaan para tukang perahu di sepanjang Sungai Yangtze.