“Itu utang kepada Allah yang harus dilunasi. Bila ingin memperoleh pahala puasa Syawal secara sempurna, sebaiknya qadha ditunaikan lebih dulu,” jelas Imron.
Namun, pandangan kedua memberikan kelonggaran. Mengingat puasa Syawal hanya bisa dikerjakan selama bulan Syawal (waktunya terbatas atau mudhayyaq), sementara qadha memiliki waktu yang lebih longgar (muwassa’), maka sebagian ulama membolehkan mendahulukan puasa sunah tersebut.
“Jika seseorang memiliki banyak utang puasa dan khawatir kehilangan kesempatan menunaikan puasa Syawal, maka boleh didahulukan. Namun, jika merasa lebih tenang mendahulukan qadha, silakan prioritaskan itu,” ujar Imron.
Keputusan tetap kembali kepada masing-masing individu. Dalam Islam, kemudahan adalah prinsip utama. Yang terpenting, baik qadha puasa Ramadan maupun puasa Syawal sama-sama diniatkan dengan ikhlas dan dijalankan sesuai kemampuan.
Keutamaan Puasa Syawal
Bulan Syawal 1446 Hijriah datang membawa keberkahan lanjutan dari bulan suci Ramadan yang telah diakhiri dengan Lebaran Idul Fitri 2025.
Tak hanya menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi, bulan syawal juga menyimpan peluang besar untuk meraih pahala berlipat ganda melalui puasa sunah. Lantas, apa keutamaan puasa syawal?
Mengutip ulasan di situs resmi Muhammadiyah, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk melanjutkan semangat Ramadan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal.
Anjuran ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayub al-Anshari, sebagaimana dicatat oleh Jamaah, kecuali Bukhari dan an-Nasai, bahwa Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia berpuasa sepanjang tahun."