Suara.com - Seorang netizen memposting sebuah cuitan di X (dulu Twitter) yang berisi pertanyaan domisili mana yang harus dipilih jika dihadapkan pada dua kondisi gaji yang berbeda.
"Gaji 18 juta tapi stay di Jakarta atau gaji 9 juta tapi stay di Yogyakarta?" tulis pemilik akun X @senthriya tersebut.
Cuitan yang telah mendapat 1,9 juta tayangan ini mendulang banyak respon yang beragam dari warganet lainnya.
"18 (juta) stay di Jakarta, soal pengeluaran bisa dimanajemen dengan baik.Kos 1-2 juta, hura-hura 2 juta, makan sebulan 3 juta. Bisa lah ya saving 10 jutaan," komentar warganet lainnya.
"18 juta tapi di Jakarta, karena in this economy sebenernya harga kebutuhan pokok (include makan) antara Yogyakarta atau Jakarta itu 11 12 jadi ya mending di Jakarta sekalian (aku orang Jogja)," tulis warganet lainnya.
Lantas, pilihan mana yang lebih baik? Semuanya memang kembali kepada individu masing-masing, bagaiamana cara kita mengatur biaya hidup dan keuangan. Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini perbandingan tentang gaya hidup Jakarta vs Jogja dan penyesuaiannya dengan kondisi ekonomi yang harus kamu ketahui.
Gaya hidup
Di Jakarta, kita bisa lihat gedung-gedung menjulang tinggi layaknya hutan beton. Sementara di Jogja, suasana lebih 'adem' dengan bangunan-bangunan yang bernuansa sejarah.
Transportasi umum berupa busway seperti Trans Jakarta sudah memiliki jalur khusus sehingga perjalanan bisa lebih cepat dan lancar. Sedangkan di Jogja, kebanyakan transportasi yang digunakan adalah motor atau mobil pribadi. Satu-satunya transportasi umum dalam kota yang paling memungkinkan adalah Tranj Jogja.
Baca Juga: Parah! Hari Kedua Masuk Kerja usai Lebaran, Polusi Udara Jakarta Masuk Kategori Terburuk di Dunia
Harga makanan di Jakarta dan Jogja memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Untuk makanan kaki lima seperti nasi goreng, bakso, atau mie ayam, harga di Jakarta berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per porsi, sementara di Jogja hanya sekitar Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Warung makan sederhana atau warteg di Jakarta biasanya mematok harga Rp 15.000 hingga Rp 30.000 untuk satu porsi nasi dengan lauk, sedangkan di Jogja masih bisa ditemukan harga Rp 8.000 hingga Rp 15.000.
Keunikan Jogja terlihat dari keberadaan angkringan yang sulit ditemukan di Jakarta. Di Jogja, seporsi sego kucing dengan lauk bisa didapatkan dengan harga Rp 3.000 hingga Rp 7.000 saja. Sementara itu, di kafe atau kedai kopi, harga segelas kopi susu dan camilan di Jakarta berkisar Rp 30.000 hingga Rp 60.000, sedangkan di Jogja lebih terjangkau, sekitar Rp 15.000 hingga Rp 35.000.
Restoran cepat saji seperti McDonald's atau KFC juga memiliki perbedaan harga, di mana di Jakarta rata-rata makan satu orang bisa menghabiskan Rp 40.000 hingga Rp 70.000, sementara di Jogja hanya sekitar Rp 30.000 hingga Rp 50.000. Restoran khas atau tradisional seperti rumah makan gudeg, seafood, atau sate di Jakarta umumnya mematok harga Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per orang, sementara di Jogja masih bisa ditemukan di kisaran Rp 25.000 hingga Rp 70.000.
Perbedaan paling mencolok terlihat pada restoran high-end atau fine dining. Di Jakarta, bersantap di restoran kelas atas bisa menghabiskan Rp 200.000 hingga Rp 1.000.000 per orang, sedangkan di Jogja, meskipun tetap mahal, masih lebih murah dengan kisaran Rp 100.000 hingga Rp 500.000 per orang. Secara keseluruhan, harga makanan di Jakarta bisa 1,5 hingga 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan di Jogja, tergantung pada kategori makanannya.
Tapi, tak jarang untuk cafe dan restoran skala besar harga makanan di Jogja bahkan setara dengan Jakarta.
UMR Jakarta Vs Yogyakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan bahwa UMR Jakarta 2025 mengalami kenaikan sebesar 6,5% dibandingkan dengan tahun lalu. Ketetapan mengenai kenaikan UMR Jakarta ini telah disampaikan oleh PJ Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, pada Rabu 11 Desember 2024 lalu.
Di tahun 2024, UMR Jakarta sebesar Rp5.067.381. Setelah mengalami kenaikan sebesar 6,5% di tahun 2025, maka UMR Jakarta menjadi Rp5.396.761.
Dengan kata lain, UMR Jakarta 2025 mengalami kenaikan sebesar Rp329.380. Keputusan ini diambil setelah melalui Sidang Dewan Pengupahan DKI Jakarta yang melibatkan perwakilan pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja.
Sementara itu, UMR Jogja 2025 sudah disahkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, sebesar Rp 2.264.080 sebagai upah minimum provinsi (UMP) atau mengalami kenaikan 6,5 persen atau sebesar Rp 138.100.
Besaran upah minimum ini sebelumnya merupakan rekomendasi dari Dewan Pengupahan di Provinsi DIY. Selain UMP, Sri Sultan juga mengesahkan besaran UMK (biasa disebut UMR) untuk 5 kabupaten/kota di DIY.
Melansir laman resmi Pemprov DIY, untuk gaji UMR Jogja 2025 secara keseluruhan, UMR Kota Yogyakarta adalah yang tertinggi di provinsi ini dengan besaran Rp 2.655.041, sementara UMR terendah adalah Kabupaten Gunungkidul sebesar Rp 2.264.080.
Gaji UMK Jogja 2025 dan seluruh daerah kabupaten/kota di DIY ini disahkan melalui Surat Keputusan Gubernur DIY Nomor 483/KEP/2024, dengan rincian sebagai berikut.
- Kota Yogyakarta Rp 2.655.041
- Kabupaten Sleman Rp 2.466.514
- Kabupaten Bantul Rp 2.360.533
- Kabupaten Kulon Progo Rp 2.351.239
- Kabupaten Gunung Kidul Rp 2.330.263
- Provinsi DIY (UMP): Rp 2.264.080
Ranking Biaya Hidup Termurah
Ditilik dari ranking biaya hidup termurah tahun 2025, Yogyakarta menempati urutan pertama dari daftar 10 kota dengan biaya hidup terendah 2025, diikuti oleh Solo, Malang, Purwokerto, Kediri, Pontianak, Semarang, Palembang, Padang, dan Tegal.
Yogyakarta dianggap kota dengan biaya hidup termurah untuk mahasiswa Indonesia. Dikenal sebagai kota pelajar, Yogyakarta menawarkan berbagai kemudahan bagi mahasiswa, mulai dari biaya sewa kos yang sangat murah hingga harga makanan yang terjangkau.
Rata-rata biaya hidup di Yogyakarta untuk mahasiswa berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per bulan, termasuk biaya kos, makan, transportasi, dan kebutuhan lainnya.
Sementara itu, Jakarta tidak termasuk dalam salah satu kota dengan biaya hidup termurah, melainkan salah satu kota dengan biaya hidup termahal. Melansir Kantor Berita Antara, data survei BPS menyebutkan bahwa biaya hidup di Jakarta mencapai sekitar Rp 14,88 juta per bulan.
Kontributor : Rizky Melinda