Suara.com - Bulan Syawal 1446 Hijriah datang membawa keberkahan lanjutan dari bulan suci Ramadan yang telah diakhiri dengan Lebaran Idul Fitri 2025.
Tak hanya menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi, bulan syawal juga menyimpan peluang besar untuk meraih pahala berlipat ganda melalui puasa sunah. Lantas, apa keutamaan puasa syawal?
Mengutip ulasan di situs resmi Muhammadiyah, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk melanjutkan semangat Ramadan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal.
Anjuran ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayub al-Anshari, sebagaimana dicatat oleh Jamaah, kecuali Bukhari dan an-Nasai, bahwa Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia berpuasa sepanjang tahun."
Keutamaan puasa sunah Syawal ini sangat istimewa. Ramadan selama 30 hari, ditambah enam hari di bulan Syawal, seolah menyempurnakan ibadah selama setahun penuh.
Karena satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat, maka 30 hari Ramadan dan enam hari di Syawal menjadi seperti 360 hari — jumlah hari dalam satu tahun.
Selain puasa enam hari di bulan Syawal, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak puasa sunah Senin dan Kamis.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau lebih sering berpuasa pada dua hari itu karena pada saat itu amal manusia dilaporkan kepada Allah SWT.
Beliau bersabda, “Saya senang ketika amalan saya diperlihatkan dalam keadaan saya berpuasa.”
Puasa sunah, baik di bulan Syawal maupun Senin dan Kamis, menjadi sarana untuk menjaga semangat ibadah yang telah tertanam selama Ramadan.
Bulan Syawal adalah waktu yang tepat untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah dan melatih diri dalam ketakwaan.
Momentum puasa sunah di bulan Syawal juga bisa menjadi jalan bagi umat Islam untuk memperbaiki kualitas ibadah dan konsistensi dalam amal saleh.
Terlebih, di tengah kesibukan duniawi, ibadah puasa sunah menawarkan ketenangan dan keikhlasan yang mendalam.
Puasa Sunah Jauhkan dari Neraka dan Hapus Dosa
Puasa sunah memiliki keutamaan yang luar biasa bagi umat Islam. Amalan ini tidak hanya membawa keberkahan, tetapi juga menjadi pelindung dari api neraka dan penghapus dosa.
Hal ini dijelaskan langsung dalam sejumlah hadis Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan keistimewaan puasa sunah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa pun yang berpuasa sunah karena Allah akan dijauhkan dari api neraka sejauh 70 tahun.
Hadis ini menunjukkan bahwa satu hari puasa sunah yang dilakukan dengan ikhlas mampu menjadi tameng yang sangat kuat dari siksa neraka.
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 musim gugur.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ahmad, Darimi, Ibnu Majah)
Keutamaan lain dari puasa sunah adalah keberkahan doa malaikat. Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Ummu Umarah binti Ka’ab, disebutkan bahwa saat seseorang berpuasa dan ada jamuan makan di hadapannya, para malaikat akan terus mendoakannya hingga makanan tersebut selesai disantap. Hal ini menjadi tanda betapa mulianya orang yang mampu menahan diri demi Allah.
“Sesungguhnya orang yang berpuasa, apabila makanan disuguhkan di hadapannya, maka malaikat akan mendoakannya hingga mereka selesai makan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Darimi)
Tak hanya itu, puasa sunah juga menjadi penghapus dosa. Dalam hadis riwayat Abu Qatadah, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan yang akan datang, sedangkan puasa Asyura’ menghapus dosa setahun yang lalu.
“Puasa Arafah diharapkan menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa. Puasa Asyura’ diharapkan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Ahmad)
Meski banyak keutamaan, penting untuk memahami bahwa puasa sunah bukan sekadar alat untuk menggugurkan dosa secara otomatis.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa inti puasa adalah menjauhkan diri dari maksiat, bukan hanya menahan lapar dan haus. Kesalahpahaman terhadap amalan ini dapat menimbulkan sikap meremehkan dosa dengan dalih puasa akan “menghapus semuanya.”
Dengan pemahaman yang benar, puasa sunah akan menjadi sarana efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah, melatih keimanan, serta memperkuat ketaatan. Keutamaannya bukan hanya menjauhkan dari siksa neraka, tetapi juga menjadi jalan menuju ridha Ilahi.