Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu

Sabtu, 05 April 2025 | 09:13 WIB
Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak Tolak KB: ‘Kan Nggak Mesti Begitu (TikTok)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini, sebuah momen yang terekam dalam video unggahan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Momen pria yang aktif turun langsung membantu rakyat kecil itu menarik perhatian publik. 

Video tersebut memperlihatkan Dedi Mulyadi bertemu dengan seorang anak kecil penjual kue di jalanan. Tergerak oleh rasa ingin tahu dan kepeduliannya, mantan Bupati Purwakarta itu mengikuti sang anak pulang ke rumahnya.

Ternyata, anak kecil itu tinggal di sebuah rumah kecil dan sederhana. Kondisinya sangat memprihatinkan. Rumah tersebut dihuni oleh keluarganya yang besar—ayah, ibu, dan kesebelas anak mereka. Ya, satu keluarga ini memiliki sebelas orang anak dan hidup dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Melihat kenyataan tersebut, Dedi Mulyadi pun menyampaikan niatnya untuk membantu sang bapak agar menjalani program Keluarga Berencana (KB). Dengan harapan agar keluarga tersebut tidak terus-menerus bertambah anggota tanpa kemampuan mencukupi kebutuhan hidup mereka.

"Jadi ga mau pake KB ya?" tanya Dedi Mulyadi dengan nada bercanda seperti Suara.com kutip pada Sabtu (5/4/2025).

Namun, respons sang bapak justru membuat Dedi Mulyadi kaget sekaligus bingung. 

“Ya memang harus gitu? Kan nggak mesti begitu. Kan nggak mesti harus begitu. Niatnya tulus baik,” katanya dengan nada tenang sambil menggendong anaknya yang masih bayi.

Jawaban tersebut sontak membuat banyak orang yang menyaksikan video itu terdiam. Di satu sisi, niat bapak ini mungkin memang murni dan tulus sebagai seorang kepala keluarga yang ingin menerima anak-anaknya sebagai rezeki dari Tuhan. 

Namun di sisi lain, pertanyaan yang muncul adalah: apakah itu cukup? Apakah niat baik saja cukup untuk menjamin masa depan anak-anak yang lahir?

Baca Juga: Warga Jabar yang Taat Pajak Jangan Iri karena Tak Dapat Pemutihan, Dedi Mulyadi Siapkan Surprise

Dedi Mulyadi pun merespons dengan kalimat yang tak kalah bijak namun menohok.

“Ya saya tulus juga bantu bapak untuk ber-KB. Saya tulus bantu bapak agar tidak ada anak ke-12. Saya tulus lho bapak KB," ungkapnya lagi.

Ia juga menambahkan bahwa ia akan membantu mencetak buku panduan mengajar agar sang bapak bisa menjadi pengajar bagi anak-anaknya yang tidak sempat sekolah. Harapannya, anak-anak di Majalengka, Jawa Barat, bisa memiliki masa depan yang lebih baik.

Respons publik terhadap video ini pun sangat beragam. Ada yang mengkritik pola pikir sang bapak, ada pula yang menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan kesadaran tentang KB di kalangan masyarakat kelas bawah.

Seorang warganet dengan akun @daisyuki menuliskan, "Emang orang-orang miskin ini hiburannya se** doang. Berlindung dengan alasan banyak anak banyak rejeki, padahal ujung-ujungnya anak paling tua yang biayain hidup adik-adiknya."

Akun lain, @squeel, dengan nada polos namun menyentil, bertanya, "Kalau nggak bisa ngerawat dan ngasih hak anak dan ibu dengan baik, masuknya dzalim nggak sih?"

Memang, ada faktor lain yang membuat kasus ini kompleks. Beberapa penganut agama tertentu kadang meyakini bahwa menggunakan alat kontrasepsi adalah sesuatu yang dilarang. 

Namun sayangnya, kepercayaan itu tidak dibarengi dengan pertimbangan rasional soal kondisi ekonomi dan kesejahteraan keluarga.

Seorang netizen lain bahkan menyindir, "Yang the real banyak anak banyak rejeki cuma Gen Halilintar doang."

Kasus ini membuka diskusi yang lebih luas: bagaimana negara, tokoh masyarakat, dan sistem pendidikan bisa lebih giat memberikan pemahaman soal pentingnya keluarga berencana? Bukan sekadar menekan angka kelahiran, tapi demi masa depan anak-anak yang layak, sehat, dan terpenuhi hak-haknya.

Niat baik memang mulia, tapi seperti yang Dedi Mulyadi coba sampaikan, niat saja tak cukup jika tidak dibarengi dengan tanggung jawab dan kesadaran jangka panjang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI