Suara.com - Rezeki dalam Islam adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk keberlangsungan hidup dan manfaatnya.
Baik berupa materi (seperti harta, makanan, minuman) maupun non-materi (seperti kesehatan, kebahagiaan, ilmu, keluarga, dan waktu).
Rezeki tidak terbatas pada kekayaan finansial, tetapi mencakup segala bentuk nikmat yang Allah anugerahkan, sesuai dengan kebutuhan dan hikmah-nya.
Rezeki sepenuhnya berada di tangan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: Dan tiada suatu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. (QS. Hud: 6).
Ini menunjukkan bahwa setiap makhluk, dari manusia hingga hewan, telah diatur rezekinya oleh Allah.
Rezeki seseorang telah ditetapkan sejak ia masih dalam kandungan. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ruh ditiupkan ke dalam janin ketika usianya empat bulan, lalu malaikat ditugaskan untuk menulis empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia celaka atau bahagia. (HR. Bukhari dan Muslim).
Meski begitu, usaha dan doa tetap diperlukan untuk menggapainya. Rezeki memiliki makna yang luas. Misalnya, memiliki anak yang sholeh, istri atau suami yang baik, kesehatan tubuh, atau ketenangan hati juga termasuk rezeki.
Bahkan, ujian hidup pun bisa menjadi rezeki jika membawa seseorang lebih dekat kepada Allah.
Meskipun rezeki telah ditentukan, manusia diperintahkan untuk berusaha (ikhtiar) dan berserah diri (tawakal) kepada Allah.
Contohnya, burung yang keluar mencari makan di pagi hari adalah simbol ikhtiar, namun ia tetap bergantung pada ketentuan Allah.
- Rezeki Zahir: Yang terlihat, seperti harta, makanan, dan pekerjaan.
- Rezeki Batin: Yang dirasakan dalam hati, seperti iman, ketenangan, dan kebahagiaan.
- Rezeki Halal: Yang diperoleh melalui cara yang dibolehkan syariat.
- Rezeki Tak Terduga: Datang dari arah yang tidak disangka, sering sebagai buah dari ketakwaan atau kebaikan.
Hikmah Rezeki
Rezeki diberikan Allah dengan penuh hikmah, tidak selalu berlimpah secara materi.
Ada yang diberi sedikit sebagai ujian kesabaran, ada pula yang diberi banyak sebagai ujian syukur.
Allah berfirman: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (QS. Al-Anbiya: 35).
Jadi, rezeki adalah anugerah Allah yang mencakup segala aspek kehidupan, diberikan sesuai kehendak-nya, dan menjadi sarana untuk menguji serta mendekatkan hamba kepada Penciptanya.
Dalam ajaran Islam, rezeki dipercaya datang dari Allah SWT dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat lahiriah (usaha manusia) maupun batiniah (hubungan dengan Allah).
Jika seseorang merasa rezekinya seret atau sulit mengalir, ada beberapa penyebab yang sering disebutkan dalam perspektif Islam berdasarkan Al-Qur’an, hadis, dan pandangan ulama.
Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Kurangnya Keimanan dan Ketakwaan
Rezeki erat kaitannya dengan keimanan kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (QS. At-Talaq: 2-3).
Jika seseorang jauh dari ketaatan, ini bisa menjadi salah satu faktor rezeki terhambat.
2. Dosa dan Maksiat
Perbuatan dosa, seperti berbohong, iri hati, atau mengambil hak orang lain, dapat menghalangi rezeki.
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya seseorang terhalang rezekinya karena dosa yang dilakukannya. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dosa-dosa ini menciptakan "penghalang" antara hamba dan rahmat Allah.
3. Kurang Bersyukur
Sikap tidak bersyukur atas nikmat yang sudah diberikan bisa membuat rezeki terasa seret.
Allah berfirman: Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim: 7).
Ketidakpuasan dan keluhan terus-menerus dapat menutup pintu rezeki baru.
4. Putus Silaturahmi
Memutuskan hubungan dengan keluarga atau kerabat disebutkan sebagai salah satu penyebab rezeki terhambat.
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi. (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Kurangnya Usaha dan Tawakal
Islam mendorong keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan tawakal. Jika seseorang hanya berdiam diri tanpa berusaha atau sebaliknya, terlalu mengandalkan usaha tanpa berserah diri kepada Allah, rezeki bisa terasa sulit datang.
Allah berfirman: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. (QS. Hud: 6). Namun manusia tetap diperintahkan untuk bekerja.
6. Sifat Kikir atau Tidak Berbagi
Keengganan untuk bersedekah atau membantu orang lain dapat menyumbat aliran rezeki. Rasulullah SAW bersabda: Sedekah tidak akan mengurangi harta. (HR. Muslim).
Malah, sedekah justru membuka pintu rezeki yang lebih luas.
Ujian dari Allah
Terkadang, rezeki yang seret adalah bentuk ujian atau pengingat dari Allah agar hamba kembali mendekat kepada-nya.
Dalam hal ini, kesabaran dan doa menjadi kunci untuk menghadapinya. Untuk mengatasi rezeki yang seret, Islam menganjurkan introspeksi diri, memperbanyak istighfar, menjaga silaturahmi, bersedekah, dan berdoa kepada Allah.
Salah satu doa yang diajarkan adalah: "Allahumma ikfini bihalalika ‘an haramika, wa aghnini bifadlika ‘amman siwaka".
(Ya Allah, cukupkan aku dengan rezeki yang halal sehingga aku terhindar dari yang haram, dan cukupkan aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu).