Suara.com - Presiden Prabowo Subianto menggelar gelar griya alos open house Lebaran, Senin (31/3/2025). Ribuan warga berbondong ke Istana Negara untuk mengunjungi open house Prabowo.
Ribuan warga datang untuk bersalaman dengan Prabowo. Para pengunjung juga mendapat bingkisan yang dibungkus dengan tas jinjing berwarna coklat putih dan biru muda putih.
Isinya tas itu semua berupa makanan untuk konsumsi. Isinya antara berbagai macam pangan, mulai dari kental manis, teh celup, mi instan, biskuit kaleng, gula, kecap dan saus botol, dan kopi. Semua isinya dibungkus dijadikan satu dan ditenteng warga seusai masuk Istana Negara.
![Warga mengantre untuk menghadiri open house yang diselenggarkan Presiden Prabowo Subianto di depan Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (31/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/31/43960-open-house-presiden-prabowo.jpg)
Sementara itu, bingkisan non makanan berisi payung hingga tumbler. Bingkisannya dibungkus dengan tas jinjing kecil berwarna biru muda.
Isi bingkisan Prabowo rupanya mendapatkan kritik dari ahli gizi, Dokter Tan Shot Yen. Melalui akun Instagramnya, dokter Tan menyanyangkan isi bingkisan tersebut.
Menurut dokter Tan, baiknya bingkisan berlogo kepresidenan isinya bukan dari merk pabrikan.
“Baiknya bingkisan berlogo Istana Kepresidenan isinya apa?” tulis dokter Tan dikutip Rabu, (2/3/2025).
“Non food bisa handuk, sabun, wadah makanan, tumbler, tas lipat buat belanja (bangga loh kalau ada sablonnya: halal bi halal Istana Kepresidenan),” imbuhnya.
Sementara itu, untuk bingkisan makanan, ia merekomendasikan sembako atau jajanan lokal.
Baca Juga: Meski Diguyur Hujan, Dasco dan Raffi Ahmad Juga Tak Mau Kalah Hadir di Open House Ketua MPR
“Food? sembako dong kacang ijo, kacang merah. Matengan? lemper, lepet, arem-arem, combro, kue lumpur, kue bugis, nasi bali, nasi begana, sego kucing,” tulis Dokter Tan.
“Nggak usahlah pasang-pasang logo merk,” timpalnya.
Kritik Program Makan Bergizi Gratis

Pengadaan susu pada program makan bergizi gratis masih tuai kontroversi. Ahli gizi masyarakat, dokter Tan Shot Yet bahkan menyebutkan bahwa pengadaan susu kemasan itu berisiko menimbulkan praktik manipulasi di lapangan.
Dokter Tan menjelaskan, manipulasi yang dia maksud ialah pemilihan produk susu yang tidak sesuai standar gizi karena menuruti selera masyarakat yang cenderung lebih menyukai minuman dengan perasa. Produk seperti itu dikatakan lebih tinggi kandungan gula.
Sebab, kondisi seperti itu pernah dokter Tan alami sendiri ketika kegiatan bagi-bagi susu bersama Menteri Kesehatan periode 2014-2019 Nila F Moeloek.
"Begitu susu sudah mulai masuk tentu akan ada request. Saya pernah jaman saya pergi sama Ibu Nila pergi ke Pekalongan, jaman beliau menjadi Menteri Kesehatan. Saya dengar request-nya, 'bu coba dibagi jangan susu yang putih. Anak-anak sini senangnya yang cokelat'. Kebayang gak, susu coklat, gulanya berapa? Ya, ini nyebelin banget," cerita dokter Tan ditemui saat acara media talk di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Fenomena seperti itu yang dia sebut sebagai manipulasi rasa. Sebab, susu kemasan dengan perasa tertentu cenderung memiliki kadar gula yang lebih tinggi dibandingkan susu murni.
Selain itu, Dokter Tan juga khawatir kalau anak-anak hanya mengincar susu yang dibagikan. Sementara, bekal makan nasi dan lauk pauknya tidak termakan.
Jadi rentan manipulasi rasa, manipulasi kandungan. Dan akhirnya ini merupakan sabotase. Sebetulnya kita pengen banget anak menjadi lebih baik, tetapi nanti yang dikirim cuma minum susunya doang, makanan yang gak habis dibawa pulang, buat bapaknya, dibagi buat Ibunya," tutur dokter.
Dilihat dari kandungan gizinya, susu juga hanya dianggap sebagai pendamping. Dokter Tan menjelaskan bahwa Indonesia sudah tidak lagi menganut asas 4 Sehat 5 Sempurna, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 41 tahun 2014.
"Kita sudah keluar dari 4 sehat 5 sempurna, karena itu udah lama banget. Tidak ada yang menyebutkan, tidak ada yang memberikan suatu afirmasi bahwa susu menyempurnakan makanan seseorang," tegasnya.