Suara.com - Pernahkah kamu mendengar ungkapan bahwa daun tidak bergerak saat salat Idul Fitri? Ungkapan ini mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tetapi sebenarnya mengandung makna yang lebih dalam.
Secara ilmiah, fenomena ini tidak memiliki dasar yang jelas, tetapi jika ditelusuri lebih jauh, ungkapan ini lebih bersifat simbolis dan berkaitan dengan suasana yang tercipta pada hari raya Idul Fitri.
1. Makna Simbolis dalam Budaya

Dalam budaya masyarakat Indonesia dan beberapa negara lain, Idul Fitri adalah hari yang sakral dan penuh kedamaian. Banyak orang percaya bahwa pada hari yang penuh berkah ini, alam pun ikut merasakan ketenangan. Ungkapan bahwa "daun-daun tidak bergerak" mencerminkan ketenangan dan kedamaian yang meliputi suasana Idul Fitri.
Pada hari tersebut, umat Muslim merayakan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Mereka saling memaafkan, berkumpul dengan keluarga, dan merayakan dengan penuh kegembiraan.
Makna simbolis ini juga menunjukkan betapa besarnya pengaruh hari raya terhadap lingkungan sekitar. Seolah-olah, bukan hanya manusia yang merasakan suasana damai, tetapi juga alam di sekitar mereka. Hal ini menciptakan gambaran bahwa dunia menjadi lebih tenang dan damai, bahkan sampai ke titik di mana daun-daun pun tampak tak bergerak.
2. Faktor Cuaca dan Alam

Dari sudut pandang ilmiah, pergerakan daun sangat bergantung pada angin. Jika angin bertiup kencang, daun-daun akan bergerak dengan jelas.
Sebaliknya, jika udara tenang, daun-daun akan tampak diam. Beberapa daerah di Indonesia memang mengalami cuaca yang lebih tenang saat Idul Fitri, terutama karena hari raya ini sering jatuh di musim kemarau atau peralihan antara musim hujan dan kemarau. Pada saat itu, kecepatan angin cenderung lebih rendah dibandingkan musim penghujan.
Baca Juga: Hukum Ziarah Kubur saat Lebaran Menurut Ulama, Boleh atau Tidak?
Namun, bukan berarti ini terjadi setiap tahun. Pergerakan daun tetap bergantung pada kondisi cuaca setempat. Jika Idul Fitri jatuh pada hari yang berangin, tentu daun-daun akan tetap bergerak. Oleh karena itu, ungkapan ini lebih bersifat kiasan daripada fenomena yang selalu terjadi.