Viral Momen Ibu-ibu di Palembang Protes, Antre Lama Cuma Dapat Rendang Dua Iris dari Richard Lee

Minggu, 30 Maret 2025 | 09:46 WIB
Viral Momen Ibu-ibu di Palembang Protes, Antre Lama Cuma Dapat Rendang Dua Iris dari Richard Lee
Dr Richard Lee Masak Besar Rendang di Palembang (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Kota Palembang kembali menjadi sorotan publik setelah sebuah video viral menunjukkan seorang ibu-ibu yang mengeluh hanya mendapatkan dua iris rendang dalam acara masak besar yang digelar oleh dokter sekaligus influencer Richard Lee. 

Acara ini awalnya bertujuan untuk memulihkan citra Palembang yang sempat tercoreng akibat insiden masak besar Willie Salim, namun ternyata malah kembali menuai komentar nyinyir netizen.

Upaya Pemulihan Nama Baik Kota Palembang oleh dr Richard Lee

Dokter Richard Lee, seorang dokter kecantikan ternama, memprakarsai acara masak besar bertajuk Palembang: Recovery Sosial Menjaga Marwah Kota Palembang.

Acara ini digelar di pelataran Benteng Kuto Besak, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, dan menggandeng berbagai pihak seperti Pemkot Palembang, Pemprov Sumsel, DPD Gencar Sumsel, Athena Group, APJI serta Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Sumsel.

Dalam acara ini, tim memasak rendang sapi sebanyak 300 kilogram dan ayam kecap sebanyak 1 ton. Hasil masakan tersebut kemudian dibagikan kepada lebih dari 4.000 masyarakat Palembang yang hadir. 

Meski begitu, acara ini tak lepas dari insiden protes yang kembali menyeret nama warg Palembang ke dalam perbincangan warganet.

lbu-ibu Protes: Antre Lama Dapat Rendang Cuma Dua Iris

Dalam video yang diposting akun TikTok @feedgramindo, seorang ibu-ibu yang kecewa karena hanya mendapatkan dua iris rendang meskipun sudah mengantre sejak pukul 2 siang. 

Baca Juga: Viral Polisi Suruh Pendemo Tolak UU TNI Cap Jari dan Foto, Publik Murka: Mereka Penjahat?

Padahal kata dia anggota keluarganya ada tiga orang. Karenanya, saat pewawancara bertanya apakah rendang tersebut cukup, sang ibu dengan tegas menjawab tidak.

"Kalau penuh segini tigo (tiga) beranak cukup. Kami tigo (tiga) beranak. Dari jam duo (dua) tadi antri di sini. Dapet rendang duo (dua) iris," katanya seperti Suara.com kutip pada Minggu (30/3/2025).

Padahal kata dia saat itu, sang anak juga tengaj mengantre untuk mendapatkan jatah lain dari rendang yang dibagikan. Hal ini pun menimbulkan berbagai reaksi di media sosial. 

Beberapa komentar menyebut bahwa apa yang dikatakan Willie Salim tentang warga Palembang ternyata terbukti.

"Dr. Richard pengen perbaiki Palembang, eh malah bener kan apa yang dirasakan Willie," kata @p.m****.

"Orang Palembang katanya makan nggak pernah habis, tapi 2 iris rendang kurang," ujar @dill****.

"Nah maksudnya orang Palembang tuh jangan kasih 2, maunya ambil sendiri biar bisa bawa baskom nyuci," ungkap @nop****.

"WILLIESALIM tersenyum bareng yuk," tambah @jel****.

Kilasan Kembali: Insiden Willie Salim di Palembang

Sebelumnya, kreator konten Willie Salim mengadakan masak besar di Palembang dengan menu rendang sapi sebanyak 200 kilogram. Namun, acara ini berubah menjadi kekacauan ketika makanan yang masih dalam proses masak tiba-tiba ludes diduga karena dirampas oleh masyarakat sekitar.

Kejadian ini membuat banyak netizen mencap warga Palembang sebagai tidak tertib dan rakus. Dampaknya sangat besar, bahkan Willie Salim mendapat kecaman hingga dilarang datang kembali ke Palembang. 

Masyarakat setempat yang tidak terima dengan anggapan negatif tersebut bahkan melaporkan Willie Salim ke polisi.

Kini, upaya dr Richard Lee memang patut diapresiasi karena berhasil menciptakan suasana yang lebih tertib. Namun, momen ibu-ibu yang protes tetap membuktikan bahwa kepuasan dalam berbagi makanan masih menjadi tantangan tersendiri.

Dari dua insiden ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Pertama, pentingnya pengelolaan acara masak besar agar pembagian makanan lebih adil dan tidak memicu kekacauan.

Kedua, stigma yang terlanjur melekat pada suatu daerah akibat insiden viral sangat sulit dihapus, terutama di era media sosial yang cepat menyebarkan informasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI