Mengapa Pasangan Bahagia Pun Bisa Berselingkuh?

Farah Nabilla Suara.Com
Kamis, 27 Maret 2025 | 12:08 WIB
Mengapa Pasangan Bahagia Pun Bisa Berselingkuh?
Ilustrasi pasangan suami istri. (Pexels/Lutfi Elyas)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernikahan yang tampak harmonis di mata publik sering kali dianggap sebagai indikator keberhasilan hubungan. Namun, realitas menunjukkan bahwa bahkan dalam pernikahan yang terlihat bahagia, perselingkuhan dapat terjadi.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa pasangan yang tampaknya harmonis masih terlibat dalam perselingkuhan? Benarkah usia pernikahan juga menjadi penyebab munculnya tindakan ini?

Berikut beberapa faktor yang dapat menjelaskan fenomena tersebut.

1. Ketidakpuasan Emosional dan Seksual

Dr. Willard Harley, seorang pakar hubungan, menyatakan bahwa ketidakpuasan dalam pernikahan merupakan penyebab utama perselingkuhan.

Ketidakpuasan ini dapat berupa kurangnya kasih sayang, komunikasi yang tidak efektif, atau keintiman seksual yang menurun. Ketika kebutuhan emosional atau seksual tidak terpenuhi, individu mungkin mencari pemenuhan tersebut di luar pernikahan.

Keintiman emosional dan fisik adalah komponen penting dalam pernikahan yang sehat. Jika salah satu atau kedua aspek ini berkurang, individu mungkin merasa tidak terpenuhi dan mencari pengganti di luar hubungan mereka.

Kurangnya keintiman dapat membuat seseorang merasa kesepian meskipun berada dalam pernikahan, yang pada akhirnya dapat mendorong mereka untuk berselingkuh.

2. Kurangnya Komunikasi

Baca Juga: Tersandung Isu Selingkuh, 8 Momen Mesra Ridwan Kamil dan Atalia Praratya

Komunikasi yang buruk antara pasangan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan jarak emosional. Beberapa pasangan mungkin hanya membahas hal-hal praktis tanpa menyentuh perasaan atau kebutuhan mendalam mereka.

Ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik, individu mungkin merasa tidak dipahami atau dihargai, yang dapat mendorong mereka mencari kenyamanan emosional dari orang lain.

3. Rutinitas dan Kebosanan dalam Hubungan

Seiring berjalannya waktu, rutinitas yang monoton dapat membuat hubungan terasa membosankan. Kurangnya variasi dan kejutan dalam pernikahan dapat menurunkan gairah dan keintiman.

Dalam situasi ini, beberapa individu mungkin tergoda untuk mencari pengalaman baru dan sensasi di luar pernikahan sebagai cara untuk mengatasi kebosanan tersebut.

4. Faktor Psikologis dan Kepribadian

Beberapa individu memiliki kecenderungan untuk berselingkuh karena faktor psikologis tertentu, seperti kebutuhan akan validasi diri, dorongan untuk mencari pengalaman baru, atau kurangnya kontrol diri.

Penelitian menunjukkan bahwa alasan seperti kurangnya cinta, kemarahan terhadap pasangan, atau keinginan untuk variasi dapat mendorong seseorang untuk berselingkuh.

5. Kesempatan

Lingkungan sosial dan kesempatan yang tersedia juga memainkan peran penting dalam terjadinya perselingkuhan. Interaksi yang intens dengan rekan kerja, teman, atau kenalan baru dapat menumbuhkan kedekatan yang berujung pada perselingkuhan, terutama jika batasan profesional dan personal tidak dijaga dengan baik.

Kesempatan yang muncul dari situasi tertentu, seperti perjalanan dinas atau aktivitas sosial, dapat meningkatkan risiko terjadinya perselingkuhan.

6. Usia Pernikahan

Penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya perselingkuhan. Misalnya, pria cenderung lebih rentan berselingkuh setelah menikah selama 11 tahun.

Faktor-faktor seperti kejenuhan, perubahan dinamika hubungan, dan ekspektasi yang tidak terpenuhi seiring waktu dapat meningkatkan risiko perselingkuhan dalam pernikahan yang telah berlangsung lama.

Perselingkuhan dalam pernikahan yang tampak harmonis sering kali merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan emosional dan seksual, kurangnya komunikasi, kebosanan, faktor psikologis individu, pengaruh lingkungan, dan dinamika hubungan seiring waktu.

Untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, penting bagi pasangan untuk secara aktif menjaga komunikasi yang efektif, memperkuat keintiman emosional dan fisik, serta bersama-sama mencari cara untuk mengatasi kebosanan dan tantangan dalam pernikahan.

Konseling pernikahan atau terapi pasangan dapat menjadi langkah yang bermanfaat untuk memahami dan mengatasi masalah yang mendasari, sehingga memperkuat ikatan dan komitmen dalam pernikahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI