Suara.com - Cirebon, sebuah kota di pesisir utara Jawa Barat, memiliki berbagai tradisi unik yang tetap lestari dalam perayaan Lebaran.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya mencerminkan nilai budaya dan kearifan lokal, tetapi juga menjadi momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat setempat. Berikut beberapa tradisi unik saat Lebaran di Cirebon yang masih bertahan hingga sekarang.

Grebeg Syawal merupakan salah satu tradisi khas Keraton Kasepuhan dan Kanoman yang berlangsung setelah Idulfitri.
Tradisi ini berupa kirab pusaka dan gunungan hasil bumi yang diarak dari dalam keraton menuju alun-alun atau tempat tertentu di sekitar keraton.
Gunungan yang berisi hasil bumi ini nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat sebagai simbol keberkahan.
Grebeg Syawal telah dilakukan sejak zaman Kesultanan Cirebon dan masih dipertahankan hingga kini. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang syukuran, tetapi juga mempererat hubungan antara keluarga keraton dan masyarakat umum.
2. Nadran

Nadran adalah tradisi syukuran para nelayan yang biasa dilakukan menjelang dan setelah Lebaran.
Baca Juga: Buka Puasa Asyik, Ayo Ngabuburit Seru di Jakarta Lebaran Fair 2025
Masyarakat pesisir Cirebon, khususnya di daerah Kejawanan dan Mundu, menggelar ritual ini sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut yang melimpah.
Tradisi ini biasanya diisi dengan prosesi larung sesaji ke laut yang terdiri dari kepala kerbau, hasil bumi, dan doa bersama.
Tradisi Nadran tetap bertahan karena masyarakat nelayan masih memegang teguh warisan budaya ini sebagai bagian dari doa agar diberikan keselamatan dalam mencari rezeki di laut.
3. Ziarah Makam Sunan Gunung Jati
Setelah merayakan Idulfitri, masyarakat Cirebon memiliki kebiasaan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.
Tradisi ini dikenal dengan sebutan "Ziarah Syawal." Ribuan peziarah dari berbagai daerah datang untuk berdoa dan meminta berkah di makam yang terletak di daerah Astana Gunung Jati.
Tradisi ini bertahan karena ajaran Islam yang berkembang di Cirebon sangat erat kaitannya dengan Sunan Gunung Jati.
Selain itu, banyak yang meyakini bahwa ziarah ini membawa keberkahan dan keselamatan bagi keluarga mereka.
4. Salametan Lebaran
Salametan Lebaran adalah tradisi berkumpulnya keluarga besar dan warga setempat untuk menggelar doa bersama di rumah atau masjid setelah salat Idul Fitri.
Acara ini biasanya diikuti dengan makan bersama, menyantap hidangan khas Cirebon seperti empal gentong dan nasi jamblang.
Masyarakat Cirebon mempertahankan tradisi ini karena dianggap sebagai bentuk rasa syukur, sekaligus mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Selain itu, salametan juga menjadi sarana untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai tradisional kepada generasi muda.
5. Berburu Kue Kering dan Opak

Menjelang Lebaran, warga Cirebon memiliki kebiasaan berburu kue kering dan opak di pasar tradisional atau pusat oleh-oleh.
Opak, camilan khas berbahan dasar ketan yang dipanggang, menjadi salah satu hidangan wajib yang selalu ada di meja tamu saat Lebaran.
Pasar Kanoman dan Pasar Pagi menjadi tujuan utama masyarakat untuk berburu makanan khas ini.
Kebiasaan ini tetap bertahan karena opak dan kue kering telah menjadi bagian dari tradisi menyambut tamu saat Lebaran.
Selain itu, makanan ini juga memiliki nilai historis karena sudah ada sejak zaman kesultanan.
Tradisi-tradisi Lebaran di Cirebon bukan hanya sekadar seremoni tahunan, tetapi juga warisan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.
Dari Grebeg Syawal hingga ziarah ke makam Sunan Gunung Jati, setiap tradisi memiliki nilai sejarah dan makna tersendiri.
Dengan tetap menjalankan tradisi ini, masyarakat Cirebon tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga mempererat ikatan sosial di tengah modernisasi yang terus berkembang.