Sebelum menjadi seorang sutradara sekaligus aktivis pembela pembebasan Palestina, Hamdan Ballal berprofesi sebagai seorang petani dan menggarap tanah di kampung halamannya.
Hamdan lahir dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah perkampungan di Palestina, Susiya yang terletak di kaki Bukit Hebron di Tepi Barat.
Aktivis kelahiran 1989 ini juga sempat berkarier sebagai seorang peneliti di bidang hak asasi manusia. Ia menuliskan berbagai karyanya melalui "Humans of Masafer Yatta", sebuah organisasi yang mengkaji isu-isu pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh masyarakat Palestina.

Hamdan juga bernaung di bawah organisasi B'Tselem alias Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories, sebuah organisasi nirlaba yang beroperasi di Yerusalem untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina oleh tentara dan warga Israel.
Sebagai seorang sutradara, Hamdan terbilang berprestasi. Pasalnya, film No Other Land panen penghargaan berkat membawakan pedihnya nasib masyarakat Palestina.
Beberapa contoh penghargaan yang sempat diarih oleh Hamdan yakni Sutradara Terbaik versi International Documentary Association, Panorama Audience Award dan Berlinale Documentary Award yang diberikan oleh 74th Berlin International Film Festival.
Ia juga sempat menjadi peraih penghargaan di ajang 97th Academy Awards sebagai Best Documentary Feature dan 78th British Academy Film Awards sebagai Best Documentary.
Jadi korban agresi Israel: Ditangkap saat dirawat di ambulans

Hamdan awalnya hendak menghabiskan sisa hari-hari di bulan Ramadan di kampung halamannya, Susiya.
Baca Juga: Perilaku Tidak Pantas? Kabinet Israel Berusaha Singkirkan Jaksa Agung yang Kritik Netanyahu
Alih-alih bisa menikmati malam-malam terakhir Ramadan, rumah Hamdan diserang pada Senin (24/3/2025) waktu setempat.