Peter Rohi kala itu mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh korespondensinya untuk mencatat identitas korban Petrus tersebut. Akitivitas ini yang kemudian membuat Peter dinggap melawan.
Sebagai ancaman, ia kemudian dikirimi paket berisi kepala manusia yang dimasukkan ke dalam kantong plastik dan kardus.
Peter menyebut ia tak membela preman, tetapi baginya setiap warga negara harus diadili sesuai hukum yang berlaku.
“Saya tidak membela preman, tetapi setiap warga negara berhak diadili secara hukum dan mendapat pembelaan. Berita pengiriman paket kepala manusia ini mendapat reaksi keras dari dunia internasional," ujar Peter Rohi kemudian.
Kala itu, berita pengiriman kepala manusia ke rumah Peter Rohi menyebar bahkan sampai menuai kritik internasional.
Sosok Peter Rohi

Peter Rohi merupkan salah satu tokoh pers nasional yang dikenal dengan liputan investigasinya. Ia lahir di NTT, 14 November 1942.
Peter Rohi mulai menekuni jurnalistik sejak tahun 1970. Selain sebagai wartawan, ia juga dikenal sebagai penelusur jejak Soekarno dengan menuliskan buku berjudul Soekarno Sebagai Manoesia dan Ayah Bunda Bung Karno.
Peter juga merupakan tokoh di Soekarno Institut. Ia menjadi salah satu tokoh yang memperjuangkan sebuah rumah di Jalan Pandean, Surabaya, sebagai rumah kelahiran presiden pertama Indonesia. Peter juga menulis buku berjudul Natuna Kapal Induk Amerika.
Baca Juga: Tak Gentar Kantor Diteror Kepala Babi hingga Bangkai Tikus, Tempo: Ini Tindakan Pengecut!
Peter sendiri merupakan lulusan Stikosa - AWS. Semasa hidupnya, Peter menjadi legendaris liputan mendalam di daerah pedalaman yang sulit. Ia dikenal jujur, bahkan sering kali merogoh saki pribadinya untuk kepentingan peliputan.