Suara.com - Industri film Indonesia kembali menarik perhatian dunia dengan keikutsertaan dalam Hong Kong International Film and TV Market (HK FILMART) 2025, yang berlangsung pada 17-20 Maret 2025. Festival ini merupakan ajang bergengsi yang mempertemukan para pembuat film, investor, dan distributor dari berbagai belahan dunia. Berikut lima fakta menarik tentang keterlibatan Indonesia di ajang ini:
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan optimisme terhadap pertumbuhan industri film Indonesia. “Tahun 2024 menjadi pencapaian luar biasa bagi industri film Indonesia dengan lebih dari 81 juta penonton dan lebih dari 200 film yang dirilis,” ujarnya ditulis Sabtu, (22/3/2025).
Peningkatan pesat ini menunjukkan bahwa perfilman nasional semakin kuat dan memiliki daya saing yang tinggi, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di panggung internasional. Berikut lima fakta menarik tentang keterlibatan Indonesia di ajang ini:
1. Indonesia Pavilion Hadir di HK FILMART 2025
MetraMediaHub, unit bisnis TelkomMetra yang merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom), dengan dukungan Kementerian Kebudayaan, menghadirkan Indonesia Pavilion di HK FILMART 2025. Paviliun ini menjadi ajang strategis untuk mempromosikan film dan konten kreatif Indonesia ke pasar internasional serta menarik investor global.
Dengan adanya paviliun ini, sineas Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkenalkan karya mereka kepada jaringan distribusi yang lebih luas, membuka peluang kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan industri film global.

2. Dukungan dari 14 Eksibitor Ternama
Sebagai penyelenggara Indonesia Pavilion, MetraMediaHub menghadirkan 14 eksibitor dari berbagai rumah produksi dan asosiasi film ternama. Di antaranya Jakarta Film Week, KawanKawan Media, Adhya Pictures, Maxstream Studios, MNC Contents, MVP Pictures, Gambar Gerak Film, Metamora, Picklock Films, MD Entertainment, 13 Entertainment, Visinema, Unlimited Production, dan Paragon Pictures.
Kehadiran para eksibitor ini menunjukkan keberagaman industri film Indonesia, dari rumah produksi besar hingga sineas independen yang memiliki visi kreatif yang unik.
Baca Juga: Dirut PFN Ifan Seventeen Telat Sidak DPR, Kompetensi Jadi Pertanyaan?
3. Sesi Business Meeting & Networking
Indonesia Pavilion tidak hanya menampilkan konten unggulan, tetapi juga mengadakan sesi Business Meeting & Networking pada 17-20 Maret 2025. Agenda ini mempertemukan eksibitor dengan calon investor dan mitra produksi untuk menjual konten siap edar serta menjajaki proyek kolaborasi dan co-production.
Dengan adanya pertemuan bisnis ini, diharapkan industri film Indonesia dapat memperoleh dukungan finansial dan distribusi yang lebih luas, sehingga film-film nasional bisa lebih mudah tayang di berbagai platform internasional.
4. Seminar Bertema Kolaborasi Global
Selain sesi bisnis, HK FILMART 2025 juga menghadirkan seminar bertajuk “Boosting Connection: Indonesia’s BioCultural Diversity Fuels Creative Global Partnerships” pada 19 Maret 2025. Seminar ini akan membahas bagaimana keberagaman budaya dan kekayaan alam Indonesia dapat menjadi nilai jual utama dalam kerja sama kreatif global.
Pembicara dari dalam dan luar negeri akan berbagi wawasan mengenai tren industri film, strategi pemasaran internasional, serta pentingnya co-production dalam memperluas jangkauan pasar.
5. Film Indonesia Berjaya di Kancah Global
Dalam dua tahun terakhir, sebanyak 36 film Indonesia berhasil masuk ke festival film bergengsi seperti Venice, Berlinale, Tokyo, Rotterdam, dan Busan. Salah satu pencapaian terbaru adalah film produksi Maxstream Studios, Little Rebels Cinema Club, yang melakukan debut internasionalnya di 75th Berlin International Film Festival (Berlinale) setelah pemutaran perdananya di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada Desember 2024. Film ini mendapatkan perhatian khusus karena mengangkat tema sosial yang relevan dengan audiens global.
Selain itu, tiga proyek film Indonesia turut berpartisipasi dalam Hong Kong Asia Film Financing Forum (HAF) 2025 dan HKIFF Industry Project Market 2025, yaitu Pangku (On Your Lap) serta dua proyek dari Jakarta Film Week, First Breath After Coma dan Fly. Partisipasi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi konsumen film internasional, tetapi juga pemain aktif dalam industri perfilman dunia.
Dengan kehadiran Indonesia Pavilion di HK FILMART 2025, industri film Indonesia semakin mengukuhkan eksistensinya di panggung global. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi sineas tanah air untuk terus berkembang dan berinovasi. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pelaku industri, menjadi kunci dalam mendorong film Indonesia agar lebih dikenal dan diapresiasi di kancah internasional.
HK FILMART 2025 menjadi bukti nyata bahwa industri film Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing dengan negara lain. Dengan semakin banyaknya film yang mendapatkan pengakuan dunia, Indonesia berpeluang untuk menjadi pusat industri film kreatif di Asia. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar film-film berkualitas dari Indonesia terus mendapat tempat di hati penonton glo