Kisah Wartawan Senior Piter Rohi Pernah Dikirimi Kepala Manusia saat Meliput PETRUS

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 22 Maret 2025 | 20:21 WIB
Kisah Wartawan Senior Piter Rohi Pernah Dikirimi Kepala Manusia saat Meliput PETRUS
Potret Piter Rohi (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kekejaman manusia terjadi dirasakan saya dan keluarga ketika dikirimi paket berisi kepala manusia, 16 November 1983, dua hari setelah ulang tahun saya ke 41. Laporan wartawan dikirimi paket kepala manusia ini masuk dalam laporan Hak Asasi Manusia Internasional tentang pers di mana negara masih menindas pers," ujar Piter Rohi.

Ia menceritakan bahwa pada saat itu ia memegang jabatan sebagai Direktur Pelaksana Harian Suara Indonesia, Malang, sebuah anak perusahaan Sinar Harapan. Pada masa pemerintahan Soeharto kala itu, marak terjadi pembunuhan misterius sebagai shock therapy untuk menekan para preman yang semakin merajalela saat itu. 

Dalam sekejap, instruksi Soeharto itu pun bersambut. Mayat di dalam karung ditemukan di mana-mana. Sepanjang jalan dan tepi kali Brantas, karung-karung berisi mayat yang diyakini sebagai mayat preman bertato bergelimpangan. Setelah laporan masuk dari koresponden, diketahuilah bahwa ternyata tidak semua korban adalah preman.

Mulai dari petani, aktivis, perawat, hingga saingan kepala desa juga ditemukan menjadi mayat di dalam karung. Piter Rohi pun mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh korespondensinya untuk mencatat identitas korban Petrus tersebut. 

Aktivitasnya ini dianggap melawan para penembak misterius. Sebagai ancaman, dikirimlah paket beriisi kepala manusia yang dimasukkan ke dalam kantong plastik dan boks kardus.

"Saya mengeluarkan surat pada semua korseponden untuk mencatat identitas korban PETRUS. Itulah yang dianggap sebagai melawan para penembak misterius, maka aktivitas saya harus dihentikan," jelas Piter.

Piter melanjutkan, berita tentang pengiriman paket kepala ini mendapat reaksi keras dari dunia internasional.

"Saya tidak membela preman, tetapi setiap warga negara berhak diadili secara hukum dan mendapat pembelaan.Berita pengiriman paket kepala manusia ini mendapat reaksi keras dari dunia internasional," ujar Piter Rohi kemudian. 

Ia banyak diwawancara oleh wartawan Eropa. Ketua IGGI dari Belanda bahkan meminta kepada Jenderal Benny Moerdani yang saat itu merupakan Keoapa Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk melindungi Piter.

Baca Juga: Jelang Kiriman Bangkai Tikus, Terkuak Pesan Teror ke Redaksi Tempo: Mampus Kalian!

Martha Meyer, dari Amnesti Internasional di Belanda bahkan mengusahakan agar Piter keluar dari Indonesia untuk sementara. Piter dtawari untuk belajar di Amerika Serikat. Namun Piter tak pernah berangkat sampai akhirnya Soeharto menghentikan operasi PETRUS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI