Apa Itu Witch Hunting, Influencer Pendukung 02 Jadi Sasaran Kemarahan

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 22 Maret 2025 | 20:02 WIB
Apa Itu Witch Hunting, Influencer Pendukung 02 Jadi Sasaran Kemarahan
Sejarah Witch Hunting (Britannica)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

'Witch Hunting' dapat diartikan sebagai upaya penyerangan kepada orang lain secara bersama-sama. Hal ini dilakukan karena dianggap terdapat pandangan yang tidak benar dan tidak lazim di kalangan masyarakat.

'Witch Hunting' juga dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan sekelompok orang terhadap orang lain karena orang tersebut dianggap tidak memiliki pendapat yang bisa diterima masyarakat banyak.

Sejarah mengenai istilah ini ternyata cukup panjang. Istilah ini diambil dari peristiwa nyata perburuan para perempuan yang dituduh sebagai penyihir di seantero Eropa dan di Amerika yang terjadi pada abad ke-15 hingga ke-17. Orang-orang yang dituduh sebagai penyihir ini kemudian berakhir riwayatnya di tengah alun-alun kota lantaran dibakar hidup-hidup.

Sejak akhir abad ke-20 penelitian yang cermat telah menjelaskan kode hukum dan risalah teologis dari era perburuan penyihir dan mengungkap banyak informasi tentang bagaimana ketakutan, tuduhan, dan penuntutan benar-benar terjadi di desa-desa, pengadilan hukum setempat, dan pengadilan banding dalam budaya Katolik Roma dan Protestan di Eropa Barat.

Tuduhan ini dipicu oleh berbagai macam kecurigaan. Mungkin sesederhana satu orang menyalahkan orang lain atas penghinaan atau kemalangan yang dirasakan. Kecurigaan yang paling umum menyangkut ternak, tanaman, badai, penyakit, properti dan warisan, perseteruan keluarga, perselisihan perkawinan, orang tua tiri, persaingan saudara kandung, dan politik lokal.

Witch Hunting di masa modern ditujukan kepada influencer, public figure, atau netizen awam. Berkembangnya media sosial terutama Twitter menjadi salah satu faktor utama witch hunting terjadi, dan akhirnya menimbulkan masalah psikologi baru.

Kekacauan ini mengakibatkan provokasi. Media sosial seringkali mengabarkan sesuatu secara setengah-setengah dan hanya menguntungkan suatu komunitas tertentu. Pada akhirnya, satu orang atau sekelompok orang pun menjadi korban “Witch Hunting” dan dibenci seluruh warganet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI