Hasan sempat membandingkannya dengan peristiwa bom Thamrin pada tahun 2016 silam. Saat itu publik cenderung tidak memperlihatkan rasa takut, bahkan tidak sedikit yang malah sibuk berjualan di lokasi.
Hal ini, menurut Hasan, membuat aktor intelektual di balik aksi teror tertekan karena gagal mencapai tujuannya untuk menebar ketakutan.
Hasan juga menegaskan bahwa responsnya terhadap teror yang dialami jurnalis Tempo adalah bentuk mengerdilkan kebebasan pers.