Isu Ijazah Jokowi Palsu: UGM Jelaskan Pemakaian Font Times New Roman di Tahun 1985

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 22 Maret 2025 | 10:21 WIB
Isu Ijazah Jokowi Palsu: UGM Jelaskan Pemakaian Font Times New Roman di Tahun 1985
Cek Fakta Ijazah Jokowi Palsu (Turnbackhoax.id).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Universitas Gadjah Mada mengklarifikasi polemik keaslian ijazah mantan presiden Joko Widodo. UGM juga menjelaskan soal penggunaan font Times New Roman yang digunakan di sertifikat kelulusan tahun 1985 tersebut.

Seperti diketahui, mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar meragukan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi dinyatakan sebagai lulusan UGM. Rismon menilai. Menurutnya, penggunaan font Times New Roman pada lembar pengesahan dan sampul skripsi merupakan hal yang tidak lazim untuk era 1980-an hingga 1990-an. 

Pasalnya, font tersebut baru dirilis pada tahun 1992 lalu.

Skripsi Jokowi. [Dok. UGM]
Skripsi Jokowi. [Dok. UGM]

Tak kunjung usai polemik keaslian ijazah Jokowi, UGM pun kembali mengklarifikasi. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menyatakan keprihatinannya atas informasi yang dianggap menyesatkan tersebut. Ia menegaskan, seorang dosen seharusnya menyajikan data dengan mengedepankan fakta dan metode penelitian yang akurat. 

“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, Jumat (21/3) dikutip dari laman resmi UGM.

Terkait penggunaan font Times New Roman di sampul dan lembar pengesahan, Sigit menjelaskan bahwa pada masa itu banyak mahasiswa yang memanfaatkan font tersebut atau yang hampir serupa, terutama saat mencetak dokumen di percetakan. 

Ia menyebutkan keberadaan percetakan seperti Prima dan Sanur (yang kini sudah tidak beroperasi) yang dulu menyediakan layanan cetak untuk sampul skripsi. Menurutnya, fakta ini sudah seharusnya diketahui oleh Rismon, mengingat latar belakang pendidikannya di UGM.

Menurut Sigit, analisis seharusnya tidak hanya menyoroti ijazah dan skripsi Joko Widodo secara terpisah, tetapi juga dibandingkan dengan dokumen serupa dari lulusan lain di Fakultas Kehutanan pada periode yang sama.

Dalam konteks pencetakan, meski skripsi Joko Widodo yang berjumlah 91 halaman masih diketik menggunakan mesin ketik, sampul dan lembar pengesahan dicetak secara profesional. 

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Ijazah dan Skripsi Joko Widodo Palsu?

Mengenai nomor seri ijazah yang tidak memiliki klaster melainkan hanya angka, Sigit mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan kebijakan khusus Fakultas Kehutanan yang belum diseragamkan di tingkat universitas.

Penomoran tersebut disusun berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa dan ditambahkan inisial fakultas, sehingga tidak bisa dijadikan patokan keaslian secara sepihak.

“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” katanya.

Dekan Sigit menekankan bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah dokumen asli. Ia menyampaikan bahwa Joko Widodo pernah aktif mengikuti kegiatan mahasiswa, seperti di Silvagama, dan tercatat menyelesaikan berbagai mata kuliah serta skripsi yang menandakan keaslian dokumen kelulusannya. 

Ketua Senat Fakultas Kehutanan, San Afri Awang, juga menyesalkan informasi yang dianggap meragukan itu. San Afri mengingatkan pengalamannya sendiri dalam mencetak sampul skripsi di percetakan ternama pada masa itu, dan menambahkan bahwa tidak semua mahasiswa mampu mencetak secara profesional karena faktor ekonomi.

“Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah  ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” kata kakak angkatan Joko Widodo ini.

Meski begitu, kata San Afri, tidak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan memilih mencetak sampul di jasa percetakan. Ada juga mahasiswa yang memilih mencetak sampul dan lembar pengesahan menggunakan tulisan dari mesin ketik.”Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik,” kenangnya.

Sekali lagi, San Afri Awang tidak habis pikir masih adanya kelompok atau pribadi yang menyerang institusi UGM yang menyebutkan bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah palsu. Isu tersebut menurutnya semakin liar dengan ditambahkan analisis yang tidak sesuai fakta. Ia yakin, pihak yang menghembuskan informasi hoax ini hanya untuk mencari sensasi semata. “Dia (Joko Widodo) lulus dari sini dan buktinya ada kok,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI