Penomoran tersebut disusun berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa dan ditambahkan inisial fakultas, sehingga tidak bisa dijadikan patokan keaslian secara sepihak.
“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” katanya.
Dekan Sigit menekankan bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah dokumen asli. Ia menyampaikan bahwa Joko Widodo pernah aktif mengikuti kegiatan mahasiswa, seperti di Silvagama, dan tercatat menyelesaikan berbagai mata kuliah serta skripsi yang menandakan keaslian dokumen kelulusannya.
Ketua Senat Fakultas Kehutanan, San Afri Awang, juga menyesalkan informasi yang dianggap meragukan itu. San Afri mengingatkan pengalamannya sendiri dalam mencetak sampul skripsi di percetakan ternama pada masa itu, dan menambahkan bahwa tidak semua mahasiswa mampu mencetak secara profesional karena faktor ekonomi.
“Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” kata kakak angkatan Joko Widodo ini.
Meski begitu, kata San Afri, tidak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan memilih mencetak sampul di jasa percetakan. Ada juga mahasiswa yang memilih mencetak sampul dan lembar pengesahan menggunakan tulisan dari mesin ketik.”Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik,” kenangnya.
Sekali lagi, San Afri Awang tidak habis pikir masih adanya kelompok atau pribadi yang menyerang institusi UGM yang menyebutkan bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah palsu. Isu tersebut menurutnya semakin liar dengan ditambahkan analisis yang tidak sesuai fakta. Ia yakin, pihak yang menghembuskan informasi hoax ini hanya untuk mencari sensasi semata. “Dia (Joko Widodo) lulus dari sini dan buktinya ada kok,” katanya.