Suara.com - Bulan Ramadan kini sudah memasuki hari ke-21 pada Jumat (21/3/2025). Artinya, sebentar lagi kita sudah memasuki 10 hari terakhir Ramadan dan segera menyambut Hari Raya Idulfitri.
Bulan Ramadan pun bisa menjadi ajang bagi setiap umat Muslim untuk meningkatkan keimanan dan berbuat kebaikan karena di dalam bulan suci ini semua amal ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Kegiatan seperti berpuasa, bersedekah dan zakat, mengaji, dan kegiatan sunah lainnya pun membuat banyak umat Muslim berlomba-lomba untuk melaksanakannya.
Salah satu ibadah sunah yang kerap dilakukan umat Muslim saat bulan Ramadan ialah itikaf atau berdiam diri di masjid. Tujuan i'tikaf ini pun sebagai waktu dan media yang tepat bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Biasanya, para umat Muslim mulai memadati masjid di 10 hari terakhir bulan Ramadan untuk menjalankan i'tikaf demi mengejar malam kemuliaan Lailatul Qadar.
Namun, sejatinya i'tikaf bukan hanya berdiam diri di masjid dan tidak melakukan apa-apa. Justru, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan saat i'tikaf untuk menambah amal baik kita. Lalu, apa saja kegiatan tersebut? Simak inilah selengkapnya.
Melansir laman NU Online, ada berbagai ibadah yang bisa dilakukan selama i'tikaf. Beberapa darinya sebagai berikut :
1. Salat Malam
Salah satu ibadah utama selama i’tikaf adalah salat malam. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam dengan salat Tahajud dan Witir, terutama dalam mencari keutamaan Lailatul Qadar.
Baca Juga: Ketika Ramadan Menjadi Konten: Antara Dakwah dan Engagement
2. Membaca dan Merenungi Al-Qur'an
Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, sehingga membacanya saat i’tikaf menjadi amalan yang sangat dianjurkan. Selain membaca, kita juga dapat memahami maknanya agar semakin memahami petunjuk Allah dalam kehidupan.
3. Dzikir dan Istighfar
Memperbanyak zikir, seperti tasbih, tahmid, tahlil, serta istighfar dapat menenangkan hati dan meningkatkan kedekatan dengan Allah. Zikir juga menjadi sarana untuk menghapus dosa dan memperoleh keberkahan.
4. Berdoa dan Memohon Ampunan
I’tikaf adalah waktu yang tepat untuk memanjatkan doa. Rasulullah SAW. mengajarkan doa khusus di malam-malam akhir Ramadan: “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” yang artinya, "Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, maka ampunilah aku."
5. Menambah Ilmu Agama
Menggunakan waktu i’tikaf untuk belajar agama, baik melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, atau berdiskusi dengan sesama jamaah, dapat meningkatkan pemahaman dan kualitas ibadah.
6. Muhasabah dan Memperbaiki Diri
Ramadan adalah momentum terbaik untuk introspeksi diri, memperbaiki akhlak, serta bertekad menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadan berakhir.
Dengan melakukan berbagai kegiatan ini, Insya Allah i’tikaf akan menjadi lebih bermakna dan membawa keberkahan dalam hidup.
Pengertian I’tikaf
Melansir laman Muhammadiyah, i'tikaf merupakan aktivitas berdiam diri di masjid dan melakukan amalan-amalan ibadah dalam satu waktu tertentu dengan tujuan mengharap ridho Allah SWT.
Dalam sebuah buku karya R.Syamsul dan M.Nielda berjudul Tuntunan Ibadah Ramadan dan Hari Raya, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memiliki kebiasaan melakukan I’tikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadan.
أَنَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانِ. حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya: "Bahwasanya Nabi SAW beri'tikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla, kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beri'tikaf setelah beliau wafat." (HR Muslim).
Kapan I'tikaf Dilakukan?
Seperti yang telah disebutkan, i’tikaf paling utama dilakukan pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Namun, kapan tepatnya i’tikaf dimulai? Tidak ada ketentuan pasti mengenai jam pelaksanaannya. Menurut berbagai sumber, i’tikaf dapat dilakukan kapan saja karena tidak ada batasan waktu tertentu.
Mengenai durasi, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa i’tikaf dapat dilakukan dalam waktu yang singkat tanpa batasan minimal. Sementara itu, Mazhab Malikiyah menetapkan waktu minimal pelaksanaan i’tikaf adalah sehari semalam.
Kontributor : Dea Nabila