Kisah Sahabat Nabi yang Jasadnya Utuh Berkat Puasa, Sosok Abu Thalhah Al Anshari

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 21 Maret 2025 | 14:52 WIB
Kisah Sahabat Nabi yang Jasadnya Utuh Berkat Puasa, Sosok Abu Thalhah Al Anshari
Ilustrasi kisah sahabat nabi yang jasadnya utuh karena puasa Ramadhan (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisah sahabat Nabi Muhammad SAW selalu menjadi inspirasi bagi umat Islam. Salah satu sahabat yang kisah hidupnya begitu mengagumkan adalah Abu Thalhah Al Anshari, yang dikenal sebagai sahabat Nabi yang jasadnya utuh karena puasa Ramadhan.

Simak kisah sahabat nabi berikut ini selengkapnya di sini. Mengutip dari NU Online, Abu Thalhah dikenal sebagai sosok yang memiliki kebiasaan luar biasa dalam menunaikan ibadah puasa. Atas kebesaran Allah SWT, jasadnya tetap utuh selama tujuh hari tanpa perubahan sedikit pun.

Abu Thalhah berasal dari Suku Khazraj, Kabilah Bani Najjar di Madinah. Ia memeluk Islam melalui perantara istrinya, Ummu Sulaim, dan sejak saat itu mengerahkan seluruh kemampuannya untuk berjuang demi agama Allah.

Ia adalah seorang prajurit ulung yang turut serta dalam berbagai peperangan, termasuk Perang Badar, di mana ia dikenal sebagai pemanah handal.

Selain keberaniannya di medan perang, Abu Thalhah juga dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Harta yang diperolehnya dari hasil perkebunan kurma sering ia bagikan kepada kaum Muslimin.

Kedermawanannya bahkan diabadikan dalam Al-Qur'an, dalam Surah Al-Hasyr ayat 9.

Kisah Abu Thalhah yang Rajin Berpuasa Sehingga Jasadnya Tetap Utuh

Kisah mengenai utuhnya jasad Abu Thalhah terjadi saat dirinya sedang berjihad. Abu Thalhah dikaruniai usia yang panjang hingga masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan.

Hari-harinya banyak diisi dengan berpuasa, kecuali pada hari raya atau hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.

Dikisahkan bahwa pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, dibentuklah sebuah armada laut untuk ekspansi dalam penyebaran Islam.

Baca Juga: 11 Amalan Nabi Muhammad SAW Saat Berpuasa, Raih Pahala Berlipat Ganda

Mengetahui hal tersebut, Abu Thalhah merasa sangat bersemangat dan ingin ikut serta, meskipun usianya sudah lanjut dan saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Ketika persiapan telah matang dan keberangkatan semakin dekat, anak Abu Thalhah mendekatinya dengan penuh kekhawatiran.

Ia merasa sang ayah yang telah menua sebaiknya beristirahat dan tidak perlu lagi berangkat berjihad. Dengan penuh hormat, ia berkata,

"Wahai Ayah, usiamu sudah sangat tua. Engkau telah berperang bersama Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab. Kini, beristirahatlah, biarkan kami yang berangkat berjihad menggantikan ayah."

Namun, Abu Thalhah menjawab dengan mengutip ayat dari Al-Qur'an yang menjadi pedoman dan penyemangatnya:

"Berangkatlah kamu, baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. At-Taubah: 41).

Dalam Tafsir Al-Muyassar, ayat ini mengandung perintah untuk berjihad di jalan Allah, baik bagi kaum muda maupun orang tua, dalam segala keadaan.

Dengan penuh keyakinan terhadap janji Allah, Abu Thalhah tetap berangkat dalam misi jihad tersebut. Perjalanan kaum Muslimin dalam mengarungi samudera berlangsung panjang. Namun, di tengah perjalanan, Abu Thalhah yang sudah lanjut usia jatuh sakit dan akhirnya wafat di atas kapal.

Pasukan Muslim berusaha mencari pulau untuk menguburkan jasadnya, tetapi selama tujuh hari mereka tidak menemukan daratan.

Meski telah wafat selama itu, tubuh Abu Thalhah tetap utuh, seolah-olah ia hanya sedang tertidur. Hingga akhirnya, mereka menemukan sebuah pulau dan menguburkan beliau di sana, jauh dari keluarga serta kerabatnya.

Menurut catatan sejarah, Abu Thalhah wafat sekitar tahun 32-34 Hijriah. Khalifah Utsman bin Affan sendiri yang menjadi imam dalam shalat jenazahnya.

Para sahabat yang menyaksikan keajaiban tersebut meyakini bahwa keutuhan jasadnya adalah berkah dari amalan ibadahnya, terutama kebiasaannya berpuasa.

Setelah tujuh hari, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau dan Abu Thalhah pun dimakamkan di sana, jauh dari keluarga, tetapi dekat dengan ridha Allah SWT.

Kisah Abu Thalhah Al Anshari mengajarkan banyak hal kepada kita. Ia adalah contoh nyata bagaimana seorang Muslim dapat menjalani hidupnya dengan penuh ketakwaan, keberanian, dan kedermawanan.

Demikianlah kisah sahabat nabi yang jasadnya utuh karena puasa Ramadhan. Kebiasaannya berpuasa secara konsisten tidak hanya memberikan manfaat spiritual selama hidupnya, tetapi juga menjadi sebab keistimewaan yang Allah berikan setelah wafatnya.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI