Suara.com - Bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia merayakan Idul Fitri nampaknya sudah seperti hal wajib yang tidak boleh terlewatkan. Saling bermaaf-maafan, berbagi kebahagiaan, hingga bersilaturahim ke sanak saudara adalah bagian dari perayaan Idul Fitri yang tak boleh terlewatkan. Namun tahukah kita bagaimana sejarah dan makna Hari Raya Idul Fitri pada zaman Nabi?
Sebagaimana diketahui, Idul Fitri adalah salah satu hari raya besar bagi umat Islam di dunia yang dirayakan setiap tanggal 1 Syawal dalam kalender Islam atau Hijriyah. Hari raya ini menjadi momen penting bagi umat Muslim dan salah satu yang paling utama adalah sebagai tanda berakhirnya ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sehingga Idul Fitri disebut juga sebagai hari kemenangan.
Meski demikian, Idul Fitri memiliki sejarah panjang. Lantas bagaimana sejarahnya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.
Sejarah dan Makna Hari Raya Idul Fitri Pada Zaman Nabi
Sejarah mengenai perayaan Idul Fitri tak bisa dilepaskan dari salah satu peristiwa besar, yakni Perang Badar. Melansir dari situs resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), perang ini merupakan pertempuran pertama umat Islam dalam melawan kaum kafir Quraisy.
Hari raya Idul Fitri pertama kali dirayakan oleh Rasulullah SAW pada tahun ke-2 Hijriyah atau pada 624 Masehi. Kala itu, Rasulullah SAW merayakan Hari Raya pertamanya dengan kondisi yang letih usai melakukan perang Badar.
Sebanyak 319 orang pasukan muslim harus berhadapan dengan 1.000 orang kafir Quraisy dalam perang Badar. Meski kalah dalam jumlah pasukan, namum dalam pertempuran tersebut, kaum muslim meraih kemenangannya.
Momen Idul Fitri pertama tersebut sekaligus menjadi perayaan bahi perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan. Sehingga, makna Idul Fitri tidak hanya sekedar sebagai simbol kemenangan umat Islam dalam menahan nafsu dan berpuasa selama sebulan penuh, namun juga sebagai simbol kemenangan dalam perang Badar.
Tradisi dan Hari Raya Arab Jahiliyah
Baca Juga: Arab Saudi Kalahkan China, Posisi Timnas Indonesia Semakin Rawan
Melansir dari laman NU Online, Hari Raya Idul Fitri juga tak lepas dari tradisi dan perayaan kaum Arab di masa Jahiliyah. Sebelum munculnya Islam, masyarakat Arab Jahiliyah mempunyai dua hari raya yang rutin mereka rayakan dengan penuh suka cita dan kegembiraan yaitu Nairuz dan Marjaan.
Dikisahkan dalam sebuah hadits jika penentuan hari raya ini dipengaruhi oleh kebiasaan orang Arab Jahiliyah yang kala itu gemar bermain pada dua hari tersebut. Rasulullah SAW lantas mengubah dua hari raya tersebut menjadi hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai bentuk perayaan yang jauh lebih bermakna. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: "Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain". Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: "Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha". (HR Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Hadratusyekh Muhammad Hasyim Asy'ari dalam kitab Risalah fil Aqaid dan Imam Al-Baihaqi pada kitab As-Sunanul Kubra. Keduanya mengatakan bahwa dua hari yang biasa dirayakan oleh kaum Arab jahiliyah sendiri, dahulu dilakukan dengan menggelar pesta dan minum-minum serta menari.
Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan dan Rasulullah SAW menggantinya dua hari raya itu dengan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha kebiasaan tidak baik itu perlahan mulai berganti. Adapun tujuannya tak lain agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sesuai dengan ajaran Allah SWT.
Demikian ulasan terkait sejarah dan makna Hari Raya Idul Fitri pada zaman Nabi. Semoga kita bisa merayakan kemenangan setelah satu bulan puasa dan menahan hawa nafsu.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari