Dikisahkan dalam sebuah hadits jika penentuan hari raya ini dipengaruhi oleh kebiasaan orang Arab Jahiliyah yang kala itu gemar bermain pada dua hari tersebut. Rasulullah SAW lantas mengubah dua hari raya tersebut menjadi hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai bentuk perayaan yang jauh lebih bermakna. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: "Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain". Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: "Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha". (HR Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Hadratusyekh Muhammad Hasyim Asy'ari dalam kitab Risalah fil Aqaid dan Imam Al-Baihaqi pada kitab As-Sunanul Kubra. Keduanya mengatakan bahwa dua hari yang biasa dirayakan oleh kaum Arab jahiliyah sendiri, dahulu dilakukan dengan menggelar pesta dan minum-minum serta menari.
Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan dan Rasulullah SAW menggantinya dua hari raya itu dengan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha kebiasaan tidak baik itu perlahan mulai berganti. Adapun tujuannya tak lain agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sesuai dengan ajaran Allah SWT.
Demikian ulasan terkait sejarah dan makna Hari Raya Idul Fitri pada zaman Nabi. Semoga kita bisa merayakan kemenangan setelah satu bulan puasa dan menahan hawa nafsu.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari