Suara.com - Akses terhadap hunian layak masih menjadi tantangan bagi banyak keluarga di Indonesia, termasuk di Desa Cinamprak, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang.
Kondisi rumah yang tidak memadai dapat berdampak pada kesehatan, keamanan, serta kesejahteraan keluarga yang tinggal di dalamnya.
Banyak rumah di daerah ini masih berdinding bilik, beratap bocor, dan tidak memiliki sanitasi yang memadai, yang membuat penghuninya rentan terhadap berbagai penyakit.
Rumah yang layak huni tidak hanya sekadar atap untuk berlindung, tetapi juga bagian dari kehidupan yang bermartabat.
Sesuai dengan standar Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-11, yaitu Sustainable Cities and Communities, rumah layak huni menjadi indikator penting dalam menciptakan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Ketika masyarakat memiliki akses ke tempat tinggal yang layak, mereka dapat hidup dengan lebih sehat dan produktif, serta memiliki peluang yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mengklasifikasikan rumah layak huni berdasarkan empat kriteria utama, yakni luas tempat tinggal minimal 7,2 meter persegi per kapita, akses terhadap air minum layak, akses terhadap sanitasi layak, serta ketahanan bangunan yang mencakup atap, dinding, dan lantai sesuai standar.
Jika salah satu dari kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka rumah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai hunian layak.
Secara nasional, tren hunian layak menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian layak mencapai 60,66%, meningkat menjadi 63,15% pada 2023, dan 65,25% pada 2024.
Baca Juga: Genjot Kepemilikan Hunian, Perumnas Lakukan Strategi Penjualan Secara Online
Namun, kesenjangan antara wilayah masih menjadi tantangan. Beberapa provinsi seperti DI Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan Timur mencatat angka mendekati ideal, tetapi wilayah Papua Pegunungan dan beberapa daerah terpencil lainnya masih tertinggal jauh, dengan tingkat hunian layak yang sangat rendah akibat keterbatasan infrastruktur dan akses ekonomi.
Menjawab permasalahan ini, Sinarmas World Academy (SWA) bersama Habitat for Humanity menginisiasi program pembangunan rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan.
Melalui program SWA Community Action: Build a Brighter Tomorrow, komunitas SWA berkolaborasi untuk membangun 10 rumah baru yang kini telah diserahterimakan kepada para penerima manfaat.
Program ini tidak hanya bertujuan memberikan rumah bagi keluarga yang membutuhkan, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam menciptakan perubahan nyata.
Serah terima rumah dilakukan pada Selasa, 18 Maret 2025, dengan dihadiri oleh Ketua Yayasan SWA Deddy Djaja Ria, Program Director Habitat for Humanity Indonesia Arwin Soelaksono, serta perwakilan pemerintah daerah.
Acara ini menandai puncak dari rangkaian aksi sosial yang telah berjalan sejak Oktober 2024 dalam rangka perayaan ulang tahun ke-17 SWA.
Deddy Djaja Ria mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya memberikan tempat tinggal bagi keluarga penerima manfaat, tetapi juga menanamkan nilai kepedulian sosial kepada komunitas SWA.
“Kami ingin mendorong peserta didik untuk memahami bahwa aksi nyata dapat membawa perubahan signifikan bagi masyarakat,” ujarnya.
Proses pembangunan rumah ini melibatkan seluruh elemen komunitas SWA, termasuk peserta didik, orang tua, serta staf sekolah. Mereka berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti penggalangan dana, bazar amal, dan turun langsung membantu proses pembangunan.
Dengan adanya keterlibatan komunitas, program ini tidak hanya menjadi inisiatif filantropi semata, tetapi juga upaya edukasi yang menanamkan kesadaran sosial sejak dini.
Salah satu penerima manfaat, Mulyati, mengungkapkan rasa syukurnya atas rumah baru yang kini dimiliki keluarganya.
“Rumah ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga awal baru bagi kami untuk membangun masa depan yang lebih baik. Terima kasih kepada SWA dan Habitat for Humanity atas bantuan yang diberikan,” ungkapnya.
Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Handoko Ngadiman, menekankan bahwa kemitraan seperti ini sangat penting dalam mengatasi tantangan perumahan di Indonesia.
“Dukungan komunitas SWA menunjukkan bagaimana kolaborasi antara sekolah, organisasi sosial, dan masyarakat dapat memberikan dampak nyata bagi mereka yang membutuhkan,” katanya.