Thomsen menyebut bahwa ciri-ciri ini sesuai dengan deskripsi Hajar Aswad, yang dahulu disebut memancarkan cahaya putih sebelum akhirnya berubah menjadi hitam.
"Lapisan putih yang dulu memancar kemungkinan berasal dari inti batu yang tersingkap akibat komposisi kimia tertentu," kata Thomsen.
Namun, lapisan tersebut sangat rapuh dan tidak bertahan lama, sehingga akhirnya tertutup oleh lapisan hitam yang lebih kokoh.
Dari penelitian ini, perubahan warna Hajar Aswad dapat dijelaskan secara ilmiah, bukan hanya karena penyerapan dosa manusia seperti yang diyakini dalam tradisi Islam.
Bintik-bintik putih yang masih terlihat di permukaan batu kemungkinan merupakan sisa kaca dan pasir yang menyatu akibat ledakan meteorit.
Meski teori meteorit menjadi yang paling kuat, beberapa ilmuwan masih meragukan hipotesis ini. Mereka menyoroti bahwa meteorit umumnya tidak dapat mengapung, sulit pecah menjadi fragmen kecil, dan tidak mudah mengalami erosi.
Meski demikian, para ahli sepakat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan asal-usul Hajar Aswad secara lebih akurat.
Hajar Aswad konon berasal dari surga dan pertama kali dibawa oleh Nabi Ismail AS atas perintah Nabi Ibrahim AS saat membangun Kakbah.
Awalnya, Hajar Aswad berwarna putih bersih dan bercahaya. Namun, seiring waktu, batu ini berubah menjadi hitam karena dosa manusia. Keistimewaannya menjadikan batu ini sangat dihormati oleh umat Islam di seluruh dunia.