Suara.com - Ulama kondang Buya Yahya sempat mencuri perhatian setelah berhasil meraih gelar Sarjana Psikologi. Dalam pelaksanaan wisuda S1 yang ditempuhnya, terdapat sebuah momen unik.
Adapun dalam prosesi wisuda Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang pada Sabtu (15/3/2025), para dosen yang tengah melepas para wisudawan justru mencium tangan Buya Yahya.
Momen tersebut viral lantaran terdapat keunikan. Alih-alih Buya Yahya sebagai wisudawan mencium tangan para dosen, dosen justru yang mencium tangan Buya Yahya sebagai tanda hormat.
Apa yang dilakukan oleh para dosen tentu tak mengherankan. Sebab, pendidikan Buya Yahya sudah kelewat mentereng jauh sebelum dirinya diwisuda oleh Unnisula.

Berikut rekam jejak pendidikan Buya Yahya yang ternYata sudah bergelar profesor.
Berpredikat guru besar namun kembali ambil S1
Usut punya usut, wisuda yang digelar oleh Unnisula bukan wisuda S1 pertama kali bagi Buya Yahya. Rekam jejak pendidikan lama kharismatik tersebut cukup panjang.
Ia pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Darullughoh Wadda’wah di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Pria yang lahir dengan nama Yahya Zainul Maarif tersebut juga menempuh berbagai pendidikan nonformal, salah satunya yakni berkesempatan untuk belajar berasama KH. Imron Mahbub di Madrasah Diniah Al-Falah, Blitar.
Baca Juga: Krisis Air dan Dampaknya: Ketika Pendidikan Anak Tergadai oleh Kekeringan
Ia lalu melanjutkan pendidikan tingkat SMA di Pondok Pesantren Darullughoh Waddawah, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Buya Yahya lalu mendapat kesempatan untuk belajar di Hadramaut, Yaman melalui Universitas Al-Ahgaf untuk jenjang S1 dan S2.

Tak cukup dengan gelar S2, Buya Yahya kembali menyelesaikan studi untuk tingkat S3 dan mengambil program doktoral di American University for Human Sciences California, Amerika Serikat.
Buya Yahya akhirnya pulang ke Indonesia untuk menyalurkan ilmunya ke masyarakat. Ia menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al-Bahjah yang dirintis oleh Al Murobbi Al Habib Abdullah Bahrun.
Buya Yahya juga mengajar di Fakultas Syariah dan Dawah STAI Al-Bahjah (STAIBA). Selain mengajar secara formal, Buya Yahya juga kerap diundang ke berbagai kajian yang dipublikasikan ke berbagai media seperti radio dan televisi.
Ia juga menulis berbagai karya memuat tentang kajian yang ia lakukan terhadap perkembangan ilmu agama.
Kontribusi Buya Yahya terhadap perkembangan pendidikan agama Islam di Indonesia akhirnya mendapatkan apresiasi.
Ia dikukuhkan menjadi Guru Besar kehormatan bidang Hukum Islam di Unnisula atas kiprahnya mendalami dan mengajar ilmu hukum Islam bagi masyarakat luas.
Meski sudah bergelar profesor, Buya Yahya memutuskan untuk menempuh pendidikan S1 Prodi Psikologi, Unisula. Sosok berusia 51 tahun tersebut dinyatakan lulus baru-baru ini.
Kenapa Jurusan Psikologi?

Buya Yahya memiliki alasan tersendiri hingga milih untuk menempuh pendidikan jurusan psikologi. Menurutnya, psikologi merupakan ilmu yang sangat penting terlebih bagi semua orang takterkecuali bagi para guru para ustad, para kyai karena pendekatan psikologidibutuhkan dalam pendidikan.
“Banyak persoalan dalam kehidupan yang akarmasalahnya bukan ekonomi, bukan pula yang lainnya tapi dari aspek psikologi,” ungkapnya ditilik dari laman resmi kampus.
Itulah rekam jejak pendidikan Buya Yahya yang patut diteladani.
Kontributor : Armand Ilham