Perekonomian yang terpuruk itu, ujar Ronny, dapat dilihat dari berbagai indikator. Mulai dari daya beli yang lemah hingga penerimaan negara yang ambruk. Masalah ini membuat para investor enggan menaruh saham di Indonesia.
Pelarian modal itu tentu akan membuat perputaran uang menjadi lambat dan lapangan kerja di RI juga semakin berkurang. Jika dibiarkan, maka angka pengangguran dan kemiskinan bakal terus meningkat.
Selain itu, Ronny juga memantau mundurnya investor domestik dari pasar saham karena kondisi yang terjadi di dalam negeri. Mereka kecewa dengan pembentukan Danantara yang disehut akan menjadi ladang korupsi.
Belum lagi yang terbaru, revisi undang-undang (RUU) TNI yang membuka peluang prajurit masuk ke ranah bisnis. Dengan "back up" senjata, para investor, menurut Ronny akan ragu untuk menaruh saham.
"Jadi kalau Danantara itu cukup menurunkan IHSG karena negara mulai menggunakan kapital negara untuk ikut terlibat di dalam pasar, itu mengkhawatirkan pelaku pasar Sekarang ada lagi isu militer mau masuk ke dalam sektor bisnis. Ini juga menakutkan karena secara bisnis militer itu tidak sehat. Mereka bahkan untuk memonopoli satu sektor pun mereka bisa dengan backup senjata. Jadi ini yang membuat banyak pihak khawatir juga," kata Ronny.
Adapun hal yang paling dikhawatirkan investor saham, yakni masuknya TNI ke dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mereka disebut-sebut sering melakukan pemaksaan dalam bertugas sehingga investor memilih pergi.
"Apalagi kalau seandainya militer-militer ini masuk ke BUMN-BUMN, ke Danantara dan sebagainya. Ini mengkhawatirkan pelaku usaha, terutama di pasar modal karena akan muncul entitas bisnis yang mewakili negara untuk melakukan apapun yang mereka mau di dalam pasar," imbuh Ronny.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Pasca IHSG Anjlok, OJK Bolehkan Emiten Buyback Saham Tanpa RUPS