Suara.com - Salat tarawih merupakan salah satu dari sekian banyak ibadah yang dilakukan di sepanjang bulan Ramadhan setelah salat isya'. Mengenai jumlah rakaatnya, ada yang melaksanakan tarawih 8 rakaat ada pula yang 20 rakaat. Meski demikian, belum banyak yang tahu perbedaan salat tarawih 20 rakaat dan 8 rakaat.
Secara bahasa, tarawih merupakan bentuk jamak dari kata tarwihah yang bemakna istirahat setelah 4 rakaat (2 rakataat salam, 2 rakaat salam, lalu istirahat). Istirahat tersebut diberi nama tarwihah. Tarawih sendiri bentuk jamak, jamak tersebut dikenai minimal tiga (3 istirahat). Jika 1 istirahat = 4 rakaat; berarti minimal 12 rakaat. Selain itu, tarwihah adalah al-istrahah bakda arbaati rakaat.
Salat tarawih di bulan bulan m Ramadhan didasari pada salah satu sabda Rasulullah SAW yang hadistnya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Berikut bunyinya:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa bangun (salat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.”
Adapun pelaksanaan salat tarawih menurut Mazhab Syafii yaitu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Sedangkan dijelaskan dalam mazhab lain, ada yang memperbolehkan 4 rakaat salam. Namun aliran Syafi’iyah yang sedang salat tarawih 4 rakaat 1 salam.
Adapun terkait rakaat tarawih ini sebagaimana pertanyaan, dalam kitab-kitab fikih turats Syafi’iyah, maka ulama sepakat bahwa salat tarawih itu 20 rakaat. Namun kemudian timbul polemik tarawih terkait rakaatnya, 8 atau 20.
Hadits Salat Tarawih 20 Rakaat
Menyadur NU Online, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Dawud Azh-Zhahiri memilih menjalankan salat tarawih sebanyak 20 rakaat. Salah satu hadist yang menjadi dasar pelaksanaan salat tarawih 20 rakaat ini yaitu sebagai berikut.
Baca Juga: Viral Waria Salat Tarawih di Tengah Jamaah Pria: Pasti Hatinya Bergejolak
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بن الْجَعْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو شَيْبَةَ إِبْرَاهِيمُ بن عُثْمَانَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far ar-Razi, Ali bin al-Ja’di, Abu Syaibah bin Utsman dari al-Hakam dari Miqsam dari Ibni Abbas, beliau berkata: ‘Dahulu Nabi SAW melaksanakan salat (tarawih) di bulan ramadan 20 rakaat dan salat witir”. (HR. Ath-Thabarani).
Hadits Salat Tarawih 8 Rakaat
Sementara itu, pendapat melaksanakan salat tarawih sebanyak 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir berdasarkan pada hadist berikut.
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ -رضي الله عنها-: كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً: يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: تَنَامُ عَيْنِي وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Bagaimana salat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?’”
“Aisyah menjawab,’Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat: salat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas salat empat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan salat witir? Beliau menjawab: ‘mataku tidur, tapi hatiku tidak’.”
Perbedaan Salat Tarawih 20 Rakaat dan 8 Rakaat
Pada dasarnya perbedaan salat tarawih 20 rakaat dan 8 rakaat hanya terletak pada jumlah rakaatnya saja. Namun dalam perspektif lain keduanya memiliki perbedaan yang cukup terlihat.
Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd dalam Bidâyatul Mujtahid, adanya perbedaan jumlah ini terjadi kerena afdhaliyah. Dalam salah satu pendapatan Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Abu Hanifah, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan begitu pula Dawud azh Zhahiri, mereka meilih untuk melasanakan tarawih dengan 20 rakaat.
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa tarawih itu jumlahnya sebanyaj 36 rakaat, meski pendapat dan kebiasaan ini tidak populer dari yang lain. Imam Ibnu Qudamah menulis dalam al-Mughni bahwa sebab terjadinya perbedaan ini adalah dasar hadits dan riwayat sahabat yang digunakan oleh masing-masing ulama.
Imam Malik bin Anas, sebagaimana ulama lain, memakai riwayat dari Yazid bin Ruman yang mauquf hingga disandarkan pada perilaku sahabat, bahwa orang-orang yajg tarawih pada masa Umar bin Khattab dengan dua puluh rakaat, diimami ileh sahabatnya Ubay bin Ka’ab
Hal ini tampaknya berbeda dengan keterangan yang disampaikan oleh salah satu dari ahli hadits generasi awal, yaknj Abu Bakar bin Abi Syaibah, sekaligus guru Imam Malik. Ia menyatakan bahwa salat menemui orang-orang di Madinah salat sebanyak 36 rakaat.
Kalangan yang memiliki perbedaan pendapat, bahwa tarawih dilakukan 8 rakaat berdasarkan pada hadits berikut:
Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah: “Bagaimana salat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?” Aisyah menjawab,“Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat: salat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas salat empat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan salat witir? Beliau menjawab: “mataku tidur, tapi hatiku tidak.”
Demikian tadi penjelasan terkait perbedaan salat tarawih 20 rakaat dan 8 rakaat. Pada dasarnya kedua ibadah itu memiliki perbedaan mengenai jumlah rakaatnya.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari