Suara.com - Ketupat menjadi hidangan yang tak terpisahkan di momen Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke Tanah Jawa.
Masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Namun yang harus diketahui bagaimana ketupat di kawasan lain di Tanah Air?
Melansir laman nu.or.id, kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari kata bahasa Jawa "ngaku lepat" yang berarti "mengakui kesalahan".
![Pedagang menyelesaikan pembuatan kulit ketupat di Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (9/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/04/09/41409-penjual-ketupat-pedagang-ketupat.jpg)
Diharapkan, dengan ketupat sesama Muslim saling mengakui kesalahan dan memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.
Penggunaan istilah ketupat berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu "ngaku lepat" (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).
Prosesi ngaku lepat umumnya diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orangtuanya.
Momen itu mengandung makna pentingnya menghormati orangtua, tidak angkuh dan tidak sombong kepada mereka serta senantiasa mengharap ridha dan bimbinganya.
Prosesi ngaku lepat pun tidak hanya berkutat pada tradisi sungkeman seorang anak kepada orangtua, lebih jauh lagi adalah memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat Muslim lainya.
Baca Juga: Lebaran Semakin Dekat! Ini Aplikasi Penghasil Uang yang Bisa Bikin THR Bertambah
Dengan begitu umat Islam dituntun untuk mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan yang disimbolkan dengan ketupat tersebut.
Ketupat menjadi simbol “maaf” yakni ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya. Tamu dan keluarga akan disuguhkan ketupat.
Apabila ketupat dimakan secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan khilaf antar keduanya terhapus.
Untuk istilah laku papat (empat tindakan), diartikan sebagai lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran berarti akhir dan usai, yaitu menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan siap menyongsong hari kemenangan.
Lalu, Luberan bermakna meluber atau melimpah, layaknya air yang tumpah dan meluber dari bak air. Pesan moralnya adalah budaya mau berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada fakir miskin, dengan begitu akan membahagiakan para fakir miskin dan diharapkan angka mengikis angka kemiskinan yang ada di negara kita.
Adapun Leburan berarti habis dan melebur yaitu momen untuk saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain, dengan kata lain dosa kita dengan sesama dimulai dari nol kembali.
Sementara Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat padat berwarna putih yang juga bisa menjernihkan zat cair, dari ini Laburan dipahami bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih nan putih layaknya sebuah kapur.
Kuliner ketupat
Ketupat pun telah berkembang akibat kreativitas kuliner di beberapa daerah. Beberapa jenis ketupat yang ada saat ini di antaranya.
1. Ketupat cabuk rambak (Solo)
Cabuk rambak adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen (dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng).
Ada yang menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih. Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak.
2. Ketupek Katan Kapau
Katupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang.
Santannya menjadi sampai kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau rendang.
3. Ketupat Betawi (Bebanci)
Masakan paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat.
Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah. Sayangnya saat ini sudah sangat sulit menemukan penjual ketupat ini.
4. Ketupat Glabed (Tegal)
Ada lagi sajian rakyat lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa Glabed.
Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah yang kental ini.
Glabed-glabed! Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas.
Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang.
5. Ketupat Blegong (Tegal)
Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, Blengong: Keturunan hasil perkawinan bebek dan angsa)
6. Ketupat Bongko (Tegal)
Kupat Bongko adalah ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.
Lebaran ketupat
Tradisi lebaran ketupat yang diselenggarakan pada hari ketujuh bulan Syawal juga merupakan tradisi khas Indonesia yang biasa disebut sebagai “hari raya kecil” setelah melakukan puasa Syawal selama 6 hari atau puasa kecil dibandingkan dengan Idul Fitri yang didahului puasa Ramadan selama 1 bulan.
Sesuai dengan sunah Nabi, setelah memperingati Idul Fitri, umat Islam disunahkan puasa selama 6 hari, yang bagi umat Islam di Indonesia kemudian diperingati sebagai bakda kupat.
Di daerah pedesaan, ketupat masih dibuat sendiri oleh tangan-tangan terampil para ibu dan gadis, namun di daerah perkotaan yang sudah sulit untuk memperoleh janur atau daun kelapa yang masih muda.
Keterampilan ini sudah hilang dan masyarakat lebih suka membeli selongsong ketupat di pasar atau bahkan membeli dalam bentuk ketupat yang sudah masak. Lalu ketupat tersebut diantarkan kepada sanak saudara sebagai lambang permohonan maaf dan silaturahmi.