MBG ke SLB Belum Merata, Bahagianya Anak-anak Berkebutuhan Khusus Saat Bisa Merasakan Makanan Sehat Bernutrisi

Kamis, 13 Maret 2025 | 14:36 WIB
MBG ke SLB Belum Merata, Bahagianya Anak-anak Berkebutuhan Khusus Saat Bisa Merasakan Makanan Sehat Bernutrisi
Cahaya Manthovani bersama Yayasan Inklusi Pelita Bangsa Bagikan MBG di SLB 7 Jakarta (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah hingar-bingar kehidupan perkotaan, masih ada sekelompok anak-anak luar biasa yang kerap terpinggirkan dari perhatian. Mereka adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki semangat besar untuk belajar dan berkembang, meski menghadapi berbagai keterbatasan. 

Program makan bergizi gratis yang tengah dicanangkan pemerintah menjadi harapan baru bagi mereka, tetapi realitas menunjukkan bahwa belum semua sekolah luar biasa (SLB) mendapatkan akses yang sama.

Melihat kondisi ini, Cahaya Manthovani bersama Yayasan Inklusi Pelita Bangsa mengambil langkah nyata dengan menghadirkan aksi berbagi makanan sehat bergizi dan sembako bagi siswa SLB Negeri 7 Jakarta. 

Dalam acara bertajuk Berbagi Kebaikan, Cahaya dan timnya menyalurkan 268 paket sembako serta 340 paket makan bergizi bagi siswa dan peserta yang hadir.

Sebagai seorang sociopreneur yang aktif dalam isu sosial dan penyandang disabilitas, Cahaya memahami bahwa nutrisi yang cukup bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga kunci bagi anak-anak SLB untuk lebih fokus dalam belajar dan berkembang secara optimal. 

“Kami ingin memastikan mereka mendapatkan asupan yang sehat, karena gizi yang baik sangat penting agar mereka tetap semangat dan bisa meraih impian mereka,” ungkapnya.

Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan dalam belajar bukan hanya berasal dari keterbatasan fisik atau kognitif, tetapi juga dari kurangnya dukungan infrastruktur dan fasilitas. 

SLB Negeri 7 Jakarta adalah salah satu sekolah yang masih menunggu giliran dalam program makan bergizi gratis dari pemerintah. Namun, keterbatasan itu tak mengurangi semangat para siswa.

Dalam acara ini, terlihat bagaimana wajah-wajah ceria anak-anak SLB yang menerima makanan bergizi. Mereka tidak hanya merasa senang karena mendapatkan bantuan, tetapi juga karena merasa diperhatikan dan dihargai. 

Baca Juga: Program MBG Setop Selama Sekolah Libur Lebaran 20 Hari, Kepala BGN: Bukan Efisiensi, Tapi...

Kepala Sekolah SLB Negeri 7 Jakarta, Elda Rifni, mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan ini, menyebutnya sebagai bukan sekadar bantuan materi, tetapi juga dukungan moral yang sangat berarti bagi para siswa.

“Kami bangga dan bersyukur atas kepedulian ini. Ini bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang rasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka,” ujar Elda.

Kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo yang turut hadir dan memberikan apresiasinya terhadap kegiatan Bakti Sosial dan Penyelenggaraan Makan Bergizi Gratis tersebut.

Dia mengakui bahwa saat ini masih ada sejumlah sekolah yang belum mendapatkan giliran dalam program makan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintah, termasuk SLB Negeri 7 Jakarta.

"Momen berbagi ini sangat luar biasa. SLB Negeri 7 Jakarta memang masih menunggu giliran dalam program makan bergizi nasional karena prosesnya bertahap, sehingga bantuan ini sangat berarti bagi mereka," ungkapnya.

Peran Komunitas dalam Membangun Inklusi

Program ini juga menunjukkan bahwa kepedulian sosial bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga tugas bersama. Kolaborasi antara yayasan, komunitas, dan dunia hiburan terlihat dalam acara ini.

Aden Bajaj, seorang komedian yang hadir dalam kegiatan ini, mengaku sangat tersentuh melihat semangat anak-anak SLB dalam belajar.

"Saya melihat teman-teman yang memiliki keterbatasan, tapi mereka tetap berjuang. Ini tamparan buat saya dan kita semua. Daripada uang kita dihamburkan untuk hal yang tidak jelas, lebih baik kita gunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan,” ujar Aden.

Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa berbagi bukan sekadar tentang memberi materi, tetapi tentang membangun kesadaran dan kepedulian.

Inklusi bukan hanya tentang memberikan akses, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih impiannya.

Cahaya Manthovani dan Yayasan Inklusi Pelita Bangsa berkomitmen untuk melanjutkan program ini setelah Lebaran dengan skala yang lebih luas. Harapannya, semakin banyak sekolah luar biasa yang mendapatkan perhatian dan dukungan, sehingga tak ada lagi anak berkebutuhan khusus yang merasa tertinggal.

“Kami mengajak lebih banyak pihak untuk melihat langsung bagaimana anak-anak ini tetap semangat belajar meski dengan keterbatasan. Semakin banyak yang peduli, semakin luas dampak yang bisa kita berikan untuk mereka,” tutur Cahaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI