Untuk menunjang performa fisik saat olahraga di bulan puasa, Gilang juga memastikan tak pernah melewatkan sesi pemanasan dan peregangan. Dan yang tak kalah oenting, ia juga memastikan agar mengenakan pakaian dan sepatu yang nyaman saat berolahraga.
Bagi pelari yang terbiasa dengan suhu panas dan kelembapan tinggi, aklimatisasi menjadi faktor kunci agar tubuh tidak mengalami kejutan saat berkompetisi.
Gilang Juragan 99 yang mengikuti kategori full marathon, merasakan sendiri tantangan ini selama berlari di Tokyo Marathon.
Perbedaan suhu dapat memengaruhi pernapasan, hidrasi, serta efisiensi energi tubuh, sehingga persiapan fisik dan strategi yang tepat menjadi sangat penting.
"Ketika mencapai garis finish, saya menangis haru. Ini marathon pertama saya dan saya bisa menyelesaikannya," kata Gilang yang berharap bisa memberikan motivasi serta inspirasi bagi tim dan komunitas di sekitarnya.
Pencapaian ini membuatnya percaya kalau setiap orang bisa terus push limit. Dan Gilang juga meyakini bahwa marathon ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga filosofi hidup.
Ia berprinsip bahwa tidak cukup hanya sukses secara finansial, tetapi juga harus sehat dan bugar untuk menikmati hasil kerja keras.
"Tidak cukup hanya punya cuan, badan juga harus sehat. Tidak cukup hanya profit, tubuh juga harus fit. Saya akan lanjutkan perjalanan ini, dan ini bukan yang terakhir. Tunggu, saya akan marathon lagi tahun ini!" tekadnya.
Baca Juga: Perjuangan Ariel NOAH Finish Tokyo Marathon 2025, Hampir Mundur Hingga Tampar Diri Sendiri!