Melihat Tantangan Kesehatan Kaum Hawa di Hari Perempuan Internasional 2025: Dari Jantung, Hormon, hingga Penuaan

Minggu, 09 Maret 2025 | 14:21 WIB
Melihat Tantangan Kesehatan Kaum Hawa di Hari Perempuan Internasional 2025: Dari Jantung, Hormon, hingga Penuaan
Ilustrasi pola makan sehat (Freepik.com/freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Perempuan Internasional 2025 mengusung tema “Accelerating Action”, mengingatkan bahwa kekuatan untuk berubah ada di tangan kita. Dalam semangat ini, penting bagi perempuan untuk mengambil kendali atas kesehatan mereka, baik secara fisik maupun mental. 

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi perempuan perlu memahami kebutuhan spesifik tubuh mereka dan merawatnya dengan penuh kesadaran. Jika tidak, hal ini dapat bermanifestasi menjadi beragam masalah kesehatan fisik dan mental.

Menurut Dr. Vipada Sae-Lao, Nutrition Education and Training Lead – Asia Pacific, Herbalife dengan menyeimbangkan karier, tanggung jawab terhadap keluarga, dan tugas utama sebagai pengasuh, perempuan cenderung mengalami tingkat stres yang tidak proporsional.

"Tekanan yang konstan ini dapat berkontribusi pada melemahnya sistem kekebalan tubuh, ketidakseimbangan hormon, gangguan tidur, serta meningkatnya kerentanan terhadap penyakit kardiovaskular, gangguan autoimun, bahkan depresi," jelas dia dalam siaran pers yang Suara.com terima baru-baru ini.

Apalagi, banyak penyakit yang mengubah hidup, seperti penyakit autoimun, demensia, dan sarkopenia, cenderung lebih banyak memengaruhi perempuan dibandingkan laki-laki. 

Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk memahami seluk-beluk ini dan mencari perawatan yang dipersonalisasi demi memenuhi kebutuhan spesifik mereka,” ungkap Dr Vidapa.

Memprioritaskan Kesehatan Jantung

Penyakit kardiovaskular (PKV) menjadi penyebab utama kematian pada perempuan di Asia, dengan angka kematian yang mencapai 35% dari total kematian pada 2019. 

Di Indonesia, selama 10 tahun terakhir, prevalensi penyakit jantung pada perempuan terus meningkat dan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. 

Baca Juga: 700 Kasus Femisida, Aliansi Perempuan Beri Rapor Merah Prabowo-Gibran di Hari Perempuan Internasional!

Sayangnya, banyak perempuan yang kurang menyadari gejala penyakit ini, sehingga sering kali kurang terdiagnosis dan kurang mendapatkan pengobatan yang tepat.

Untuk menjaga kesehatan jantung, perempuan perlu melakukan pemeriksaan rutin terhadap faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, obesitas, dan diabetes. Selain itu, menerapkan pola hidup sehat juga menjadi kunci utama, seperti olahraga teratur, seperti berjalan kaki, yoga, atau meditasi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

Menjaga pola makan sehat, dengan mengonsumsi makanan kaya omega-3 seperti ikan berlemak, kacang walnut, dan biji labu yang baik untuk jantung dan mengelola stres, karena tekanan emosional yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Perubahan Hormon dan Kesehatan Perempuan

Perubahan hormon adalah bagian alami dalam kehidupan perempuan, mulai dari menstruasi, kehamilan, hingga menopause. Namun, fluktuasi hormon ini sering kali membawa tantangan kesehatan, seperti gangguan menstruasi, perubahan suasana hati, bahkan masalah kesuburan.

Salah satu elemen penting dalam keseimbangan hormon adalah zat besi, yang berperan dalam produksi hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Banyak perempuan kehilangan zat besi akibat siklus menstruasi, tetapi tidak mendapatkan cukup asupan dari makanan. 

Oleh karena itu, penting untuk memenuhi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi sayuran hijau, daging tanpa lemak, serta kacang-kacangan.

Selain itu, gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres dapat membantu menjaga keseimbangan hormon serta mencegah berbagai masalah kesehatan yang terkait.

Sarkopenia dan Osteoporosis: Tantangan Penuaan yang Harus Diantisipasi

Seiring bertambahnya usia, perempuan lebih rentan mengalami sarkopenia (kehilangan massa otot) dan osteoporosis (penurunan kepadatan tulang). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko jatuh, patah tulang, serta menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Aktivitas fisik harian, olahraga dalam bentuk aerobik atau latihan resistensi diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang dan menjaga massa otot, terutama pada perempuan yang lebih tua. Nutrisi yang seimbang juga memainkan peran kunci dalam pencegahan dan pengelolaan sarkopenia dan osteoporosis.

Mengkonsumsi jumlah protein yang dibutuhkan dan membangun kekuatan otot dapat membantu memperlambat laju sarkopenia dan meningkatkan kualitas hidup. Mengkonsumsi sayuran segar, tahu, dan beberapa produk susu seperti susu, keju, dan yoghurt sangat penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium tulang. 

Selain itu, vitamin D mendukung kesehatan tulang dan gigi dengan membantu tubuh menyerap kalsium. Sumber makanan yang mengandung vitamin D termasuk ikan berlemak, kuning telur, makanan yang difortifikasi hati. Namun, suplemen mungkin diperlukan karena sulit untuk mendapatkan jumlah vitamin D yang dibutuhkan hanya dari makanan.

"Meningkatkan kesadaran dan pendidikan, memprioritaskan perawatan diri, dan mengadvokasi akses perawatan kesehatan yang lebih baik dapat memberdayakan perempuan untuk mempercepat perjalanan mereka menuju pemberdayaan—sebuah perjalanan yang menitikberatkan pada kesehatan tubuh dan pikiran, serta hak dan kesempatan,” tutup Vidapa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI