Kisah Ashabul Kahfi dalam Alquran, Pertolongan Allah kepada Para Pemuda Beriman

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Jum'at, 07 Maret 2025 | 13:45 WIB
Kisah Ashabul Kahfi dalam Alquran, Pertolongan Allah kepada Para Pemuda Beriman
Kisah Ashabul Kahfi dalam Alquran. [Youtube Tadabbur Daily]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ashabul Kahfi adalah kisah tentang para pemuda yang tertidur selama ratusan tahun di dalam gua. Kisah ini diabadikan dalam Alquran Surat Al Kahfi.

Dikutip dari sejumlah sumber, peristiwa ini terjadi di masa sebelum diutusnya Nabi Isa as di masa Raja Diqyanus di Romawi dan ada juga yang menyebut terjadi sesudah masa Nabi Isa.

Para pemuda ini hidup di tengah-tengah para penyembah berhala dan raja yang zalim. Keyakinan mereka tentang Allah sebagai Tuhan ini tidak mengikuti keyakinan arus utama sehingga  membuat raja marah.

Sang raja lalu memanggil para pemuda itu dan memerintahkan untuk mengikuti keyakinan sang raja. Instruksi ini ditolak mentah-mentah para pemuda yang membuat sang raja murka.

Para pemuda ini lalu diburu untuk dihabisi nyawanya. Mereka pun menyelamatkan diri dengan bersembunyi di dalam sebuah gua.

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.” (QS. Al-Kahfi: 10)

Para ulama berselisih pendapat mengenai letak gua ini. Ada yang berkata di negeri Aylah. Ada yang berpendapat di negeri Niinawa. Ada yang mengatakan di Balqa’. Ada juga yang berpendapat di negeri Ar-Ruum (Romawi)

Allah SWT lalu menidurkan para pemuda ini di dalam gua selama beratus tahun lamanya. 

Baca Juga: Ahmad Ali NasDem Kembali Dipanggil KPK, Bakal Jalani Pemeriksaan Hari Ini

فَضَرَبْنَا عَلَىٰ آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا

“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (QS. Al-Kahfi: 11)

Setelah itu, Allah SWT membangunkan para pemuda ini dari tidur panjangnya. 

ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا

“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (QS. Al-Kahfi: 12)

Mengenai berapa lama mereka tertidur di dalam gua, Allah SWT memberi penerangan: 

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (QS. Al-Kahfi: 25).

Jumlah Pemuda

Mengenai berapa jumlah pemuda dalam kisah Ashabul Kahfi, disebutkan dalam Firman Allah SWT di Surat Al Kahfi ayat 22.

سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ ۖ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا

“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (QS. Al-Kahfi: 22)

Dalam surat itu, ada tiga pendapat mengenai berapakah jumlah para pemuda penghuni gua tersebut. Dikutip dari Rumaysho.com, Allah menyebutkan pendapat ketiga lalu mendiamkannya. Hal itu menunjukkan bahwa pendapat ketiga itu yang benar.

Pendapat pertama: tiga orang, yang keempat adalah anjingnya.

Pendapat kedua: lima orang, yang keenam adalah anjingnya.

Pendapat ketiga: tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.

Pendapat pertama dan kedua disebutkan selanjutnya “sebagai terkaan terhadap barang yang gaib” menunjukkan bahwa pendapat ini tidak berdasar pada ilmu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI