Suara.com - Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, melemparkan kritik pada Anies Baswedan terkait dakwahnya di Masji Kampus UGM. Raja Juli Antoni menyebut Anies menjadikan masjid sebagai tempat menyidir politik.
Diketahui Anies sendiri memberikan ceramah di Masjid Kampus UGM pada Ramadan Public Lecture, Senin (3/3/2025). Anies mengisi ceramah dengan tema Infrastruktur Pendidikan dan Kualitas Manusia.
Anies dalam ceramahnya pun berbicara tentang politik dan demokrasi. Eks Gubernur Jakarta itu juga menjawab berbagai pertanyaan dari jemaah.
Soal ceramah Anies, Raja Juli Antoni berkomentar di media sosial X miliknya.
Baca Juga: Pelototi Langsung Sidang Kasus Tom Lembong, Begini Pesan Anies ke Hakim
"Masjid tempat ibadah (x) Masjid tempat sindir politik (y) Ceramah penuh sindiran dari Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM," tulis Raja Juli Antoni.

Soal Cuitan Raja Juli pada Anies, lalu seperti apa hukum bahas politik di masjid?
Berbicara tentang politik dalam masjid sempat dibahas oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis. Ia menyebut boleh saya membahas politik di dalam masjid.
"Kita tetap bicara politik keadaban. Jadi kekuasaan yang kita rangkum untuk umat. Jadi siapa pun punya beban untuk berpolitik, tapi politik ada keterlibatan dalam memperbaiki negara dan memperbaiki umat, itu politik," ujar Cholil Nafi seperti dikutip dari laman resmi MUI, Kamis (6/3/2025).
"Karena kita memang membutuhkan politik. Amar maruf nahi mungkar, itu politik. Itu tugas kita," imbuhnya.
Baca Juga: Ikut Tonton Sidang Kasus Impor Gula, Anies ke Istri Tom Lembong: Semangat Ya
Hal yang tak boleh dilakukan di masjid adalah mengajak jemaah untuk memilih kandidat politik.
"Ini baru kita menjalankan fungsi masjid dalam peradaban. Jadi nilai-nilai kemanusiaan disampaikan, politik yang baik disampaikan, tetapi jangan (serukan dalam masjid) pilih yang A dan pilih yang B," kata Cholil Nafis.
"Di luar (masjid) silakan dilakukan (memilih kandidat politik) karena itu hak. Masjid (harus) dijadikan sebagai pusat kebangkitan umat, bagaimana kita ini bisa membagikan inspirasi, fondasi dan nilai-nilai dibangun dari masjid,” tandasnya.
Cholil Nafis menyebut bahwa masjid dihindari dalam konteks politik praktis atau kampanye politik lantaran bisa memicu perpecahan umat.
Soal pembahasan politik di Masjid, Nabi Muhammad SAW juga disebut membicarakan politik persatuan umat alias high politics di masjid. Hal ini dinayatakan sendiri oleh mantan Menteri Agama Yaqut Cholol Quomas.
"Dulu Nabi Muhammad SAW di masjid melakukan politik keumatan atau istilahnya sekarang high politics, tidak terkait dengan perbedaan kepentingan, dan justru sebaliknya mempersatukan perbedaan dari berbagai kabilah di sana," kata Yaqut dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) di Jakarta 2023.