Solusi Berbasis Teknologi untuk Atasi Tantangan Iklim di Climate Hack 2024

Vania Rossa Suara.Com
Rabu, 05 Maret 2025 | 00:17 WIB
Solusi Berbasis Teknologi untuk Atasi Tantangan Iklim di Climate Hack 2024
Ilustrasi Perubahan Iklim. (Freepik.com/vhotomax)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perubahan iklim adalah isu global yang mendesak, dan inovasi teknologi memegang peranan penting dalam mencari solusi. Climate Hack 2024 menjadi wadah bagi para inovator muda di Asia untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi yang dapat mengatasi berbagai tantangan iklim.

Sejak 2021, Climate Hack telah melatih hampir 1.000 anak muda dari 24 negara di Asia. Secara kolektif, para peserta program ini telah mengembangkan 130 prototipe dan solusi digital untuk mengatasi tantangan terkait iklim.

Tiga tim lintas negara keluar sebagai pemenang Climate Hack 2024 Pitch Day dari Singapore International Foundation (SIF) pada 22 Februari 2025, yang merupakan puncak kegiatan dari program lima bulan yang telah berlangsung sejak September 2024. 

Kali pertama diluncurkan pada 2021, Climate Hack bertujuan untuk membekali orang-orang di Asia dengan keterampilan digital untuk mengembangkan dan mempercepat solusi berbasis teknologi untuk perubahan iklim.

Baca Juga: Mengenal Fast Fashion: Tren Gaya Modis atau Bencana untuk Lingkungan?

Tim pemenang diwakili oleh 13 pemuda dari India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Filipina.

Ide-ide yang menang termasuk kemitraan lintas sektor strategis untuk memastikan skalabilitas, pengalaman pengguna yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan yang unik, dan alternatif yang lebih hemat biaya untuk solusi yang sudah ada.

Lebih dari 300 pemuda dari 27 negara berpartisipasi dalam program ini untuk mengembangkan solusi iklim. 

Mereka menerima pelatihan dari para pakar industri terkemuka di berbagai bidang seperti kecakapan digital, keterampilan memecahkan masalah, pola pikir kewirausahaan, serta praktik terbaik dalam mempresentasikan dan memasarkan ide-ide mereka. 

Sembilan dari sepuluh tim yang terpilih terdiri dari para pemuda dari berbagai negara, mencerminkan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan iklim.

Baca Juga: Trump Bawa AS Keluar dari Perjanjian Paris, Ini Dampaknya Bagi Indonesia

“Kami membentuk tim lintas negara – mewakili India, Malaysia, dan Filipina – guna memanfaatkan jaringan ASEAN dan mengembangkan bisnis kami ke berbagai pasar," kata anggota Sustainloop dan pemenang Climate Hack 2024 dari Malaysia, Mr Wan Muhamad Asyrad Wan Zaki.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa bekerja dengan orang dari berbagai budaya telah mengajarkannya untuk menghargai sudut pandang yang beragam, berkomunikasi dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman, dan menghormati adat istiadat serta tradisi setempat.

"Pendekatan ini membantu kami berinovasi lebih cepat, membangun kemitraan yang lebih kuat, dan menyesuaikan strategi kami untuk setiap pasar,” tambah Mr Wan Muhamad Asyrad Wan Zaki.

Direktur Eksekutif SIF, Divisi Program, Mr Jaryll Chan mengatakan, perubahan iklim memengaruhi setiap orang, karena manusia hidup di dunia yang saling terhubung. 

"Di SIF, kami percaya dapat menciptakan kolaborasi untuk menghasilkan solusi bagi dunia yang lebih baik,” jelasnya.

Pada acara Pitch Day, 10 tim yang terpilih mempresentasikan solusi berbasis teknologi mereka di hadapan panel juri. 

Mereka menyampaikan tantangan lingkungan di berbagai bidang seperti pengelolaan sumber daya alam, penggunaan lahan, transportasi, pengelolaan limbah, dan ekonomi ekologi.

Tiga tim pemenang dipilih berdasarkan kreativitas, kemampuan persuasif, kerja sama tim, serta dampak dan kelayakan solusi mereka. Mereka adalah: E-Connect (Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Filipina; SustainIQ (Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Filipina) dan Sustainloop (India, Malaysia, dan Filipina).

Selain itu, Ecovolve (Kamboja, Indonesia & Singapura), menerima penghargaan People's Choice Award. Penghargaan ini didasarkan pada pemungutan suara di media sosial menjelang Pitch Day oleh para penonton yang hadir secara langsung di lokasi acara.

"Program Climate Hack membantu menyempurnakan solusi kami dengan mendorong kami untuk menantang asumsi dan memastikan skalabilitas aplikasi yang kami buat. Di bawah bimbingan mentor kami, Caitlin Medley dari Australia, saya belajar membuat solusi pelacakan karbon digital agar dapat ditindaklanjuti dan lebih memahami aspek bisnis terkait teknologi iklim," kata Anggota Ecovolve dari Indonesia, Mr Ahmad Yasri Zaenuri.

Climate Hack 2024
Climate Hack 2024

Keempat tim akan mengunjungi Singapura pada bulan Maret tahun ini untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Singapore Green Plan 2030 – sebuah gerakan untuk memajukan agenda nasional Singapura dalam pembangunan berkelanjutan.

Ms Carla Gomez Briones, Spesialis Iklim dan Keberlanjutan, United Nations Development Program Global Centre for Technology, Innovation, and Sustainable Development (Singapura) yang merupakan salah satu juri di Pitch Day, mengatakan kecerdikan dan pemahaman mendalam yang ditunjukkan oleh para tim benar-benar menginspirasi. Mulai dari mengatasi berbagai tantangan seperti pengelolaan sumber daya alam hingga memikirkan kembali sistem pengelolaan limbah, para inovator muda ini telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam berinovasi untuk tujuan dan dampak yang besar. 

"Solusi mereka tidak hanya mengatasi masalah iklim yang mendesak, tetapi juga mencerminkan kekuatan kolaborasi lintas negara untuk menciptakan masa depan yang berkesinambungan,” jelas Ms Carla Gomez Briones. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI