Sinopsis Film No Other Land yang Menang Oscar 2025, Sorot Realita Pahit di Palestina

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Selasa, 04 Maret 2025 | 17:48 WIB
Sinopsis Film No Other Land yang Menang Oscar 2025, Sorot Realita Pahit di Palestina
Poster film No Other Land. [Dok. Dogwoof]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - No Other Land tengah menjadi topik hangat usai memenangkan Best Documentary Feature Film dalam ajang Oscar 2025. Film dokumenter ini sendiri menyoroti soal realita pahit yang hingga kini terjadi di Palestina.

Film tersebut mengisahkan penghancuran di Tepi Barat oleh tentara Israel. No Other Land merupakan hasil karya aktivis serta jurnalis Palestina dan Israel, Basel Adra, Hamdan Ballal, Yuval Abraham dan Rachel Szor.

Serangan bertubi-tubi yang sampai saat ini masih dialami warga Palestina, membuat publik penasaran dengan film tersebut. Adapun berikut sinopsis No Other Land yang telah berhasil dirangkum oleh Suara.com.

Sinopsis Film No Other Land 

Baca Juga: 5 Fakta No Other Land, Film Dokumenter tentang Palestina Pemenang Oscar

No Other Land menyorot soal kehidupan warga Palestina di bawah pendudukan militer Israel. Seorang jurnalis, pengacara, sekaligus aktivis, Basel Adra telah mendokumentasikan pemusnahan komunitasnya di Masafer Yatta.

Adra sebagai seorang anak mulanya mengenang momen tersebut dengan gambar-gambar tentara Israel yang menyerbu rumahnya. Ia juga melihat ayahnya, Nasser, seorang aktivis yang ditangkap.

Dengan rekaman kameranya, Adra terus menyampaikan kebenaran tanpa lelah. Realita itu berupa pemindahan paksa, buldoser yang menghancurkan rumah-rumah, hingga kekerasan pasca pemusnahan tersebut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa No Other Land mengambil latar waktu jauh sebelum kejadian 7 Oktober 2023. Insiden tersebut menuai perhatian dunia dan memojokkan Hamas, padahal mereka hanya melawan.

Selama memperjuangkan kebebasan kampung halamannya, Adra membangun aliansi yang tak terduga. Ia bersahabat dengan jurnalis Israel, Yuval Abraham, yang ikut bergabung dalam usaha perlawanannya.

Baca Juga: Blokade Bantuan Gaza: Negara-Negara Arab Kecam Israel "Persenjatai Kelaparan"

Hubungan keduanya menunjukkan kepedulian dan kemanusiaan yang mampu mengalahkan penghalang kedamaian. Pembuatan film No Other Land mengalami tekanan yang ekstrem dan produksi yang sulit untuk dibayangkan.

Tak hanya Academy Awards, No Other Land juga menerima piala dari berbagai ajang penghargaan perfilman lainnya di dunia. Salah satunya, Panorama Audience Award untuk kategori Best Documentary Film.

Selain itu, ada pula dari Berlinale Documentary Film Award di Berline International Film Festival 2024, Busan Cinephile Award BIFF 2024, dan European Documentary European Film Awards 2024.

Dalam pidato kemenangan, Basel Adra selaku sutradara No Other Land menyuarakan soal realita warga Palestina. Menurutnya, mereka sudah mengalami penindasan oleh pihak Israel sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini.

"No Other Land mencerminkan realita pahit yang telah kami alami selama puluhan tahun dan masih berlanjut saat kami berseru ke dunia agar menghentikan ketidakadilan dan pembersihan etnis di Palestina," kata Adra.

Jurnalis investigasi asal Israel yang juga menjadi sutradara film tersebut, Yuval Abraham, ikut buka suara dalam pidato kemenangan. Ia mengatakan dunia harus membantu Palestina terbebas dari Israel.

"Kebijakan luar negeri membantu menghalangi jalan (kebebasan Palestina). Mengapa? Tak bisakah melihat bahwa kita saling terkait? Ada cara lain. Belum telat untuk mereka yang masih hidup," ucap Abraham.

Menteri di Israel Tak Terima

Sederet tokoh Israel marah-marah dan tidak terima No Other Land diberi Oscar. Mereka menuduh film tersebut dan kreatornya menyebarkan narasi palsu dan merugikan kepentingan Israel di kancah internasional.

Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel, yakni Miki Zohar dari Partai Likud ikut mengecam. Ia mengatakan bahwa kemenangan No Other Land adalah momen yang menyedihkan dalam dunia perfilman.

"Kebebasan berekspresi adalah nilai penting, tetapi memutar pencemaran nama baik Israel menjadi alat untuk promosi internasional bukanlah seni. Itu adalah sabotase terhadap Israel," tulis Miki di laman X, sebagaimana dilansir Middle East Eye, Selasa (4/3/2025).

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI